BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Manusia sesuai dengan tabi’at dan instinknya selalu cenderung untuk
berkumpul dengan orang lain, bekerja sama dengan mereka. Ini termasuk bagian
yang dianjurkan Islam, karena Islam telah menciptakan hubungan kemasyarakatan/hubungan
dengan sesama manusia yang hangat dan ikatan-ikatan
iman yang kuat. Demikianlah Islam mengatur hubungan-hubungan ini, dengan
pengaturan yang sangat teliti, karenanya Islam menentukan jenis-jenis ikatan
ini dan jumlah kewajiban terhadap ikatan tersebut, sehingga Islam mengatur
tatanan hubungan ini mulai orang yang paling dekat yaitu orang tua, maka Islam
memerintahkan kepada seorang anak agar berbuat baik kepada keduanya, taat dan
memuliakan terhadap keduanya. Setelah itu Islam beralih kepada hubungan dengan
suami-istri, lalu Islam menjadikan hubungan suami-istri ini agar dibangun di
atas kasih sayang, saling menghormati, saling melaksanakan hak dan kewajibannya
dan saling menghormati hak-hak nya. Dari sini beralih kepada hubungan dengan
saudara-saudara, maka Islam memerintahkan saudara yang lebih muda agar
menghormati saudaranya yang lebih tua, dan saudara yang lebih tua menyayangi
saudara yang lebih muda.
Apabila sudah seperti itu, maka hubungan itu di perluas Islam
mengembangkan hubungan ini menyentuh komunikasi dengan masyarakat luas atau
berbuat baik kepada sesama manusia.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana tata cara berakhlak
kepada orang tua?
2.
Apa yang dimaksud dengan taqwa
dan bagaimanakah tata cara berakhlak kepada sesama manusia?
3.
Apa yang dimaksud dengan bacaan qalqalah
dan apa yang dimaksud dengan tanda-tanda waqaf?
1.3
Tujuan Rumusan Masalah.
1.
Dapat memahami bagaimana cara berakhlak kepada orang tua.
2.
Untuk mengetahui arti taqwa dan memahami tata cara berakhlak kepada
sesama manusia.
3.
Dapat mengetahui hukum bacaan qalqalah dan tanda-tanda waqaf
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TATA CARA BERAKHLAK KEPADA ORANG TUA
Dalam Al-Qur’an, Allah Yang Maha Esa tidak menyertakan sesuatu
untuk beribadah kepada-Nya kecuali berbuat baik kepada orang tua. Dan tidak
pula mengaitkan (merangkai) syukurnya seseorang kepada syukur-Nya kecuali
syukur kepada kedua orang tua. Allah berfirman,[1]
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# wur (#qä.Îô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© (
Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur Ï 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷r& 3
¨bÎ) ©!$# w =Ïtä `tB tb%2 Zw$tFøèC #·qãsù ÇÌÏÈ
Artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S.An-Nisa’:36)
Berikut
ini adalah sejumlah etika Islam terhadap kedua orang tua:[2]
1.
Mengetahui bahwa Allah Swt telah memerintahkan agar berbuat baik
kepada keduanya, bergaul dengan baik bersama keduanya dan Allah telah
menyertakan perintah itu dengan perintah ibadah kepada-Nya, untuk mengagungkan
posisi keduanya serta memuliakan derajatnya. Nabi Muhammad Saw telah
memerintahkan agar menyambung tali silaturahim kepada keduanya dan Nabi
Muhammad menjadikan kedurhakaan kepada keduanya sebagai dosa besar yang paling
besar.
2.
Memberikan salam kepada keduanya ketika masuk dan ketika keluar dan
sisi keduanya. Dan salam tersebut dibarengi dengan mencium tangan keduanya.
3.
Mengagungkn derajat keduanya, memuliakan posisi keduanya,
menghormati kedudukannya, berdiri untuk menyambut dan menghormati keduanya
ketika masuk.
4.
Sopan santun, lemah lembut dan tidak mengeraskan
suara ketika berbicara dengan keduanya.
5.
Memenuhi panggilan keduanya, bergegas memenuhi kebutuhan keduanya,
taat terhadap perintah keduanya, melaksanakan wasiat-wasiat keduanya dan tidak
berpaling dari saran-saran keduanya, kecuali jika keduanya memerintahkan
maksiat, maka tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada khaliq.
Allah SWT berfirman:
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4
`tBur öà6ô±t $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 (
`tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ (
cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ $uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ bÎ)ur #yyg»y_ #n?tã br& Íô±è@ Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ xsù $yJßg÷èÏÜè? (
$yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB (
ôìÎ7¨?$#ur @Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4
¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar