Jumat, 01 Juni 2012

QUR'AN HADIST



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Manusia sesuai dengan tabi’at dan instinknya selalu cenderung untuk berkumpul dengan orang lain, bekerja sama dengan mereka. Ini termasuk bagian yang dianjurkan Islam, karena Islam telah menciptakan hubungan kemasyarakatan/hubungan dengan sesama manusia yang hangat dan ikatan-ikatan iman yang kuat. Demikianlah Islam mengatur hubungan-hubungan ini, dengan pengaturan yang sangat teliti, karenanya Islam menentukan jenis-jenis ikatan ini dan jumlah kewajiban terhadap ikatan tersebut, sehingga Islam mengatur tatanan hubungan ini mulai orang yang paling dekat yaitu orang tua, maka Islam memerintahkan kepada seorang anak agar berbuat baik kepada keduanya, taat dan memuliakan terhadap keduanya. Setelah itu Islam beralih kepada hubungan dengan suami-istri, lalu Islam menjadikan hubungan suami-istri ini agar dibangun di atas kasih sayang, saling menghormati, saling melaksanakan hak dan kewajibannya dan saling menghormati hak-hak nya. Dari sini beralih kepada hubungan dengan saudara-saudara, maka Islam memerintahkan saudara yang lebih muda agar menghormati saudaranya yang lebih tua, dan saudara yang lebih tua menyayangi saudara yang lebih muda.
Apabila sudah seperti itu, maka hubungan itu di perluas Islam mengembangkan hubungan ini menyentuh komunikasi dengan masyarakat luas atau berbuat baik kepada sesama manusia.    









1.2  RUMUSAN MASALAH
1.     Bagaimana tata cara berakhlak kepada orang tua?
2.     Apa yang dimaksud dengan taqwa dan bagaimanakah tata cara berakhlak kepada sesama manusia?
3.     Apa yang dimaksud dengan bacaan qalqalah dan apa yang dimaksud dengan tanda-tanda waqaf?

1.3  Tujuan Rumusan Masalah.
1.     Dapat memahami bagaimana cara berakhlak kepada orang tua.
2.     Untuk mengetahui arti taqwa dan memahami tata cara berakhlak kepada sesama manusia.
3.     Dapat mengetahui hukum bacaan qalqalah dan tanda-tanda waqaf

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  TATA CARA BERAKHLAK KEPADA ORANG TUA
Dalam Al-Qur’an, Allah Yang Maha Esa tidak menyertakan sesuatu untuk beribadah kepada-Nya kecuali berbuat baik kepada orang tua. Dan tidak pula mengaitkan (merangkai) syukurnya seseorang kepada syukur-Nya kecuali syukur kepada kedua orang tua. Allah berfirman,[1]
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù ÇÌÏÈ  
 Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S.An-Nisa’:36)

Berikut ini adalah sejumlah etika Islam terhadap kedua orang tua:[2]
1.     Mengetahui bahwa Allah Swt telah memerintahkan agar berbuat baik kepada keduanya, bergaul dengan baik bersama keduanya dan Allah telah menyertakan perintah itu dengan perintah ibadah kepada-Nya, untuk mengagungkan posisi keduanya serta memuliakan derajatnya. Nabi Muhammad Saw telah memerintahkan agar menyambung tali silaturahim kepada keduanya dan Nabi Muhammad menjadikan kedurhakaan kepada keduanya sebagai dosa besar yang paling besar.
2.     Memberikan salam kepada keduanya ketika masuk dan ketika keluar dan sisi keduanya. Dan salam tersebut dibarengi dengan mencium tangan keduanya.
3.     Mengagungkn derajat keduanya, memuliakan posisi keduanya, menghormati kedudukannya, berdiri untuk menyambut dan menghormati keduanya ketika masuk.
4.     Sopan santun, lemah lembut dan tidak mengeraskan suara ketika berbicara dengan keduanya.
5.     Memenuhi panggilan keduanya, bergegas memenuhi kebutuhan keduanya, taat terhadap perintah keduanya, melaksanakan wasiat-wasiat keduanya dan tidak berpaling dari saran-saran keduanya, kecuali jika keduanya memerintahkan maksiat, maka tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam maksiat kepada khaliq. Allah SWT berfirman:
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ   øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ   $uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ   bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ 

Tidak ada komentar: