BAB I
JUJUR ( SHIDIQ )
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Jujur adalah
sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah
mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur
tersebut. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya
tahu maknanya secara samar-samar. Berikut saya akan mencoba memberikan
pemahaman sebatas mampu saya tetang makna dari kata jujur ini.
Kata
jujur adalah
kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila
seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena
maka seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu
atau fenomena tersebut. Bila seseorang itu menceritakan informasi
tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan”
(sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan
jujur.
Perlu
juga diketahui bahwa ada juga seseorang memberikan berita atau informasi
sebelum terjadinya peristiwa atau fenomena. Misalnya sesorang mengatakan dia akan hadir
dalam pertemuan di sebuah gedung bulan depan. Kalau memang dia hadir pada
waktu dan tempat yang telah di sampaikannya itu maka seseorang itu bersikap jujur. Dengan
kata lain jujur juga berkaitan dengan janji. Disini jujur
berarti mencocokan atau menyesuaikan ungkapan (informasi) yang
disampaikan dengan realisasi (fenomena).
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam
pembuatan makalah ini
adalah:
1) Apa
pengertian dari jujur (shidiq)?
2) Apa
keutamaan berbuat jujur (shidiq)?
3) Apa
manfaat berbuat jujur (shidiq)?
1.3 Tujuan Pembuatan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini
adalah:
1) Untuk
mengetahui pengertian jujur (shidiq)?
2) Untuk
mengetahui keutamaan berbuat jujur (shidiq)?
3) Untuk
mengetahui manfaat berbuat jujur (shidiq)?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian jujur (shidiq)
Jujur adalah sebuah kata yang telah
dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin
sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Namun masih banyak
yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara
samar-samar. Berikut saya akan mencoba memberikan pemahaman sebatas mampu saya
tetang makna dari kata jujur ini. Kata jujur adalah kata yang
digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila
seseorang berhadapan dengan suatu atau fenomena
maka seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu
atau fenomena tersebut. Bila seseorang itu menceritakan informasi
tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan”
(sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan
jujur.
Jujur jika
diartikan secara baku adalah “mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi
yang sesuai kenyataan dan kebenaran”. Dalam praktek dan penerapannya, secara
hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan
atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang
terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika
seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak
mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap
atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya.
Perlu juga diketahui bahwa ada juga seseorang
memberikan berita
atau informasi
sebelum terjadinya peristiwa atau fenomena. Misalnya sesorang mengatakan
dia akan hadir
dalam pertemuan di sebuah gedung bulan depan. Kalau memang dia hadir pada
waktu dan tempat yang telah di sampaikannya itu maka seseorang itu bersikap jujur. Dengan
kata lain jujur juga berkaitan dengan janji. Disini jujur
berarti mencocokan atau menyesuaikan ungkapan (informasi) yang
disampaikan dengan realisasi (fenomena).
Mungkin kita juga pernah melihat atau memperhatikan Tukang
bekerja. Dia bekerja berdasarkan sebuah pedoman kerja. Dalam pedoman
kerja (tertulis atau tidak) ada ketentuan sebuah perbandingan yakni 3 :
5. Tapi dalam pelaksanaan kerja Tukang tersebut tidak mengikuti angka
perbandingan itu, dia membuat perbandingan yang lain yakni 3 : 6,
Peristiwa ini jelas memperlihatkan si Tukang tidak mengikuti
ketentuan yang ada dalam pedoman kerja. Dengan demikian berarti si Tukang tidak
bersikap jujur. Dalam kasus ini sang
Tukang tidak berusaha menyesuaikan informasi yang ada dengan fenomena
(tindakan yang dilaksanakan ). Kejujuran juga bersangkutan dengan pengakuan.
Dalam hal ini kita ambil contoh , orang Eropa membuat pernyataan atau
menyampaikan informasi, bahwa ….orang pertama sekali yang sampai ke Benua
Amerika adalah Cristofer Colombus…Padahal menurut sejarah yang
berkembang, sebelum Colombus mendarat di Benua Amerika telah sampai kesana
armada Laksmana Cheng ho. Artinya apa,
tidak ada pengakuan. Dalam hal ini kita juga melihat persoalan kesesuaian
antara fenomena (realitas) dengan informasi yang disampaikan.
Jadi dari uraian di atas dapat diambil semacam
rumusan, bahwa apa yang disebut dengan jujur adalah sebuah sikap
yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara Informasi
dengan fenomena. Dalam agama
Islam sikap seperti inilah yang dinamakan shiddiq.
Makanya jujur itu ber-nilai tak terhingga.
2.2 Keutamaan Berbuat Jujur (shidiq)
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kamu kepada Allah dan hendaklah kalian beserta orang-orang yang
jujur. ” (Q.S. At Taubah: 119). Seorang muslim
adalah seorang yang jujur. Dia mencintai kejujuran melazimkannya lahir batin di
dalam hati (Shidqul qalb), ucapan (Shidqul hadits) dan perbuatan (Shidqul
‘amal), karena kejujuran merupakan kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada
surga. Surga merupakan tujuan yang paling mulia bagi seorang muslim dan
merupakan tujuan yang paling diidam-idamkannya. Adapun kebalikan dari jujur
adalah dusta. Sifat ini menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan
kepada neraka, sedang-kan neraka merupakan hal yang paling ditakutiseorangmuslim.
Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur (shidiq). Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan,akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong(kadzdzab).” Sesungguhnya orang yang telah mengenal kejujuran dan menetapkan janji, orang-orang akan cinta kepadanya; dan mereka mencintai perilakunya. Apabila ia seorang yang alim, mereka akan mengambil manfaat ilmunya dan merekapun akan menghormatinya. Andaikata ia seorang pedagang, mereka akan mempercayai usahanya. Sesungguhnya hanya terletak pada kejujuranlah seorang pengusaha akan sukses; seorang pekerja akan meraih keberhasilan, seorang pedangang mampu maraih keuntungan.
Sesungguhnya kejujuran adalah budi pekerti yang sangat kuat kaitannya dengan kemaslahatan perorangan atau jama’ah dan merupakan sisi yang paling kuat untuk mem-benahi dan membina masyarakat dan menerapkan serta menegakkan aturan-aturannya. Menghias diri dengan keju-juran adalah keutamaan, dan melepas diri daripadanya adalah kehinaan. Kejuj uran adalah tanda keimanan dan kesucian jiwa serta suatu tanda dari keselamatan kita. Kejujuran yang menunjukkan keindahan sifat dan ketinggian moral seseorang. Kejujuran juga membentuk pelakunya menjadi cinta kepada Allah SWT dan cinta kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.
Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur (shidiq). Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan,akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong(kadzdzab).” Sesungguhnya orang yang telah mengenal kejujuran dan menetapkan janji, orang-orang akan cinta kepadanya; dan mereka mencintai perilakunya. Apabila ia seorang yang alim, mereka akan mengambil manfaat ilmunya dan merekapun akan menghormatinya. Andaikata ia seorang pedagang, mereka akan mempercayai usahanya. Sesungguhnya hanya terletak pada kejujuranlah seorang pengusaha akan sukses; seorang pekerja akan meraih keberhasilan, seorang pedangang mampu maraih keuntungan.
Sesungguhnya kejujuran adalah budi pekerti yang sangat kuat kaitannya dengan kemaslahatan perorangan atau jama’ah dan merupakan sisi yang paling kuat untuk mem-benahi dan membina masyarakat dan menerapkan serta menegakkan aturan-aturannya. Menghias diri dengan keju-juran adalah keutamaan, dan melepas diri daripadanya adalah kehinaan. Kejuj uran adalah tanda keimanan dan kesucian jiwa serta suatu tanda dari keselamatan kita. Kejujuran yang menunjukkan keindahan sifat dan ketinggian moral seseorang. Kejujuran juga membentuk pelakunya menjadi cinta kepada Allah SWT dan cinta kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.
2.3 Manfaat berbuat jujur (shidiq)
Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah,
sebagaimana disitir dalam hadist yang diriwayatkan dari Hakim bin Hizam dari
Nabi, beliau bersabda,
“Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir
selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan
mengenai barang yang diperjualbelikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual
beli mereka. Sebaliknya, jika mereka menipu dan merahasiakan mengenai apa-apa
yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus
keberkahannya.”
Tidaklah kita dapati seorang yang jujur,
melainkan orang lain senang dengannya, memujinya. Baik teman maupun lawan
merasa tentram dengannya. Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiripun tidak
merasa aman, apalagi musuh atau lawannya. Alangkah indahnya ucapan seorang yang
jujur, dan alangkah buruknya perkataan seorang pendusta.
Orang yang jujur diberi amanah baik berupa
harta, hak-hak dan juga rahasia-rahasia. Kalau kemudian melakukan kesalahan
atau kekeliruan, kejujurannya –dengan izin Allah- akan dapat menyelamatkannya.
Sementara pendusta, sebiji sawipun tidak akan dipercaya. Jikapun terkadang
diharapkan kejujurannya itupun tidak mendatangkan ketenangan dan kepercayaan.
Dengan kejujuran maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati. Barang siapa jujur
dalam berbicara, menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruh), melarang (dari yang
mungkar), membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan
sekalian manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan
dipercaya. Kesaksiaannya merupakan kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya
mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari riya’
mencari nama. Tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada Allah, baik
dalam salatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya
semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu
daya ataupun khiyanat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali
kepada Allah. Menyampaikan kebenaran walaupun pahit dan tidak mempedulikan
celaan para pencela dalam kejujurannya. Dan tidaklah seseorang bergaul
dengannya melainkan merasa aman dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya dan
keluarganya. Maka dia adalah penjaga amanah bagi orang yang masih hidup,
pemegang wasiat bagi orang yang sudah meninggal dan sebagai pemelihara harta
simpanan yang akan ditunaikan kepada orang yang berhak.
Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta
dan tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist yang
menganjurkan untuk jujur dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang
berikut.
“Allah berfirman, ‘Ini adalah suatu hari yang bermanfaat
bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan
yang paling besar.’” (Q.S. al-Maidah:119)
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jujur artinya keselarasan antara
yang terucap dengan kenyataannya. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan
keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan
dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan. Demikian juga
seorang munafik tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia
menampakkan dirinya sebagai seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal
yang sama berlaku juga pada pelaku bid’ah; secara lahiriah tampak sebagai
seorang pengikut Nabi, tetapi hakikatnya dia menyelisihi beliau. Yang jelas,
kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta,
merupakan sifat orang yang munafik.
Jadi dari uraian di atas dapat
diambil semacam rumusan, bahwa apa yang disebut dengan jujur adalah
sebuah sikap
yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara Informasi
dengan fenomena. Dalam agama Islam
sikap seperti inilah yang dinamakan shiddiq. Makanya jujur itu ber-nilai
tak terhingga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar