Setrategi Pembelajaran Bahasa Arab (Qowaid)
Salah
satu unsur dalam bahasa arab yakni
tarakib yang mana mengkaji tentang tata cara pembuatan struktur serta membaca
sebuah kalimat dengan baik dan benar. Di dalam pembelajaran bahasa arab
terdapat ilmu yang menkaji tentang itu semua yakni
nahwu dan shorof. Disini kami menjelaskan tentang strategi pengajaran nahwu
bagi non arab. Untuk dapat menentukan strategi yang baik dan tepat dapat di
identifikasi melalui letak kesulitan dalam ilmu nahwu dan juga mengetahui
manfaat setiap metode pengajarannya.
Pada
umumnya banyak orang Islam yang non arab
menyangka bahwa bahasa Arab itu disamakan dengan nawhu shorof, lalu
mereka membayangkan bahwa kalau begitu belajar bahasa
Arab itu sukar, sulit dan memusingkan otak.
Kesan
bahwa arab itu sukar, sulit dan memusingkan kepala
adalah banyak disebabkan dari kesalahan metode dalam mengajar. Sistem dan
metode pengajaran lama, terlalu menitik beratkan
dan mengutamakan nawhu shorof dari pada Ta’bir (percakapan), mutala’ah
(membaca), dan imla’ (menulis). Sehingga seolah-olah menyamakan bahasa Arab itu
dengan nahwu shorof itu sendiri. Dalam arti kata, jika seseorang
telah mengetahui tata bahasa Arab, maka dengan sendirinya menguasai bahasa
Arab. Padahal nawhu shorof itu baru merupakan satu bagian dari bahasa
Arab, yang tidak mesti perlu dianggap sulit, apalagi ditakuti. Prinsip mengajarkan
bahasa Arab hendaknya tidak menyulitkan. Akan tetapi buatlah anak-anak senang
berbahasa Arab, jangan menyulitkan mereka.
“Mudahkanlah, dan jangan disulitkan mereka”
Kalau dalam bahasa Indonesia Qawaid/nawhu shorof itu
searti dengan “Tatat Bahasa”, dan “Grammar” dalam bahasa Inggris. Oleh karena
itu, agak aneh kalau pengajaran basha Arab ini mendahulukan shorof/qawaid
daripada muhadasah, muthala’ah, imla’, yang seharusnya dapat diajarkan.
Banyak
alasan mengapa orang-orang non Arab mempelajari bahasa Arab, menurut Thu’aimah. Beberapa alasan non Arab mempelajari
bahasa Arab antara lain:
a)
Motivasi agama terutama Islam karena bahasa kitab suci kaum muslimin berbahasa
Arab menjadikan bahasa Arab harus dipelajari sebagai alat untuk memahami ajaran
agama yang bersumber dari kitab suci al-Qur’an;
b)
Orang non Arab akan merasa asing jika berkunjung ke Jazîrah Arabia yang
biasanya menggunakan percakapan bahasa Arab baik ’âmiyah maupun fushah jika
tidak menguasai bahasa Arab;
c)
Banyak karya-karya para ulama klasik bahkan hingga yang berkembang dewasa ini,
menggunakan bahasa Arab dalam kajian-kajian tentang agama dan kehidupan
keberagamaan kaum muslimin di dunia. Sehingga itu, untuk menggali dan memahami
hukum maupun ajaran-ajaran agama yang ada di buku-buku klasik maupun modern,
mutlak mengguanakan bahasa Arab.
deskripsi macam-macam
metode pembelajaran bahasa dalam pembelajaran nahwu mengikuti dua cara:
1. Al-Qiyasiyyat
Cara mengajar dengan pendekatan ini
diawali oleh guru dengan menyebutkan kaidah nahwu yang ingin mengajarkan
dengan memberi contoh-contoh pemberian contoh tersebut disesuaikan dengan
topik/muatan materi dan tingkat kemampuan siswa cara seperti ini lebih
dianjurkan pada siswa tingkat mutawashith dan mutaqaddim
2. al-Istiqraiyyat
pada pembelajaran bahasa nahwu dengan pendekatan ini guru justru memulai
pelajaran dengan menampilkan contoh-contoh pola kalimat terlebih dahulu guru
mengiringi penjelasan dengan pengambilan kesimpulan kaidah yang terdapat dalam
contoh-contoh tersebut. Cara ini lebih baik untuk diberikan pada siswa tingkat
ibtida’iyh
Adapun
Kesulitan dalam belajar nahwu:
Dalam hal gramatika, tentunya masing-masing bahasa memiliki
kekhususannya. Kekhususan bahasa itu bukan suatu problem dalam mempelajarinya.
Bahasa itu dimiliki oleh suatu bangsa yang di dalamnya juga ada masyarakat yang
tidak cerdik, namun mereka bisa menggunakan bahasanya dengan baik, lancar, dan
tidak mengalami problem. Fungsi gramatika suatu bahasa itu adalah sebagai ilmu
tata bahasa. Demikian juga fungsi ilmu nahwu yang sering disebut sebagai
qawa’id. Jadi pada dasarnya tidak ada problem dalam pembelajaran gramatika
bahasa Arab sebagaimana gramatika yang ada dalam bahasa asing yang lain.
Dalam kasus tertentu kami memaklumi adanya problem khusus dalam
pembelajaran gramatika (tarakib) bahasa Arab. Akan tetapi itu bukan karena
keberadaan gramatika itu sendiri. Problem itu muncul karena missorientasi
pembelajarannya (strategi pembelajaran)
1.
Ilmu nahwu itu sering dianggap sebagai alat untuk membaca kitab
gundul.
Ini suatu kekeliruan yang terlanjur dianggap sebagai kebiasaan. Kekeliruan
inilah yang menyebabkan orientasi pembelajarannya melenceng sehingga dapat
menyebabkan munculnya problem. Jadi problem pembelajaran ilmu nahwu itu muncul
karena adanya kekeliruan dalam memfungsikannya, bukan karena ilmu nahwu itu
sendiri.
2.
Kasus pembelajaran gramatika bahasa Arab sering berkaitan dengan
masalah i’rab yang menjadi inti bahasannya. Kesulitan yang ada disebabkan
konsep yang ada ternyata memang belum tuntas. Konsep i’rab yang selama ini
dinyatakan sebagai “perubahan” atau “pengubahan” atau atsar atau suatu bayan
tentang fungsi kata dalam sebuah kalimat, masih perlu ditinjau ulang, karena
terdapat kekeliruan dalam konsep tentang i’rab yang tertera dalam buku-buku
ilmu nahwu selama ini. Ini baru bisa dinyatakan sebagai problem, karena dalam
materinya sendiri memang ada masalah yang menimbulkan perselisihan pendapat
tentang i’rab itu sendiri. (Prof..Dr.H.Saidun
Fiddaroini, M.A)
3.
Kesulitan-kesulitan dari segi pemahaman materi pembelajaran karena
sedikitnya kesempatan mengajarkan sedangkan kesulitan yang dihadapi guru yaitu
kurangnya minat siswa untuk belajar bahasa arab dan kesulitan siswa dalam
membaca dan menulis arab karna sebagian qaidah bahasa arab tidak sama dengan
bahasa indonesia
4.
kesulitan-kesulitan yang dihadapi murid karna tidak adanya latihan
yang terus menerus dan sedikitnya kitab arab yang membantu siswa dalam memahami
materi yang di ajarkan
Dalam membaca teks bahasa Arab, pembelajar harus memahami artinya
terlebih dahulu. Dengan begitu pembelajar akan bisa membacanya dengan benar.
Hal ini tidak lepas dari pengetahuan tentang ilmu nahwu dalam bahasa Arab yakni
untuk memberikan pemahaman bagaimana cara membaca yang benar sesuai
kaidah-kaidah bahasa Arab yang berlaku. Sebenarnya ilmu nahwu tidak hanya
berkaitan dengan i`rab dan binâ’, melainkan juga penyusunan kalimat, sehingga
kaidah-kaidahnya mencakup hal-hal selain i`rab dan binâ’ seperti al-muthâbaqah
(kesesuaian) dan al-mauqi`iyyah (tata urut kata). Al-muthâbaqah (kesesuaian)
yakni seperti kesesuaian mubtada’ dan khabar, sifat dan mausûf, persesuaian
dari segi jenis kelamin yakni mudzakar dan muannats, segi jumlah yakni mufrad,
mutsanna dan jama` dan segi ma`rifat dan nakirah. Contoh:
1) Mubtada’ dan Khabar
التلميذ مجتهد - التلميذة مجتهدة - التلميذان مجتهدان - التلاميذ
مجتهدون
2) Shifah dan Maushûf
عندي بيت جديد – عندي سيارة جديدة – اشتريت كتبا قيمة – قرأت الكتب
القيمة
Sedangkan al-mauqi’iyyah seperti fi’il harus terletak di depan atau
mendahului fâ’il dan khabar haruslah terletak sesudah mubtada’ kecuali apabila
khabar itu zharaf atau jar majrûr, maka boleh atau wajib mendahului mubtada’.
Jadi, tata kalimat merupakan sesuatu yang tidak mudah dipahami oleh pembelajar
non Arab. Aturan gramatika bahasa Arab sangat komplek, penuh dengan kandungan
filosofis yang memerlukan perhatian yang mendalam dalam setiap struktur
bahasanya. (Rusydi ahmad thu’aimah)
Jenjang
Pengajaran Qowaid (Morfem) Dalam pengajaran Qowaid, baik Qowaid Nahwu maupun
Qowaid Sharaf juga harus mempertimbangkan kegunaannya dalam
percakapan/keseharian. Dalam pengajaran Qawaid Nahwu misalnya, harus diawali
dengan materi tentang kalimat sempurna (Jumlah Mufiidah), namun rincian materi
penyajian harus dengan cara mengajarkan tentang isim, fi’il, dan huruf.
Startegi pengajaranna nahwu untuk memudahkan dan manfaatnya
STRATEGI
|
Langkah-langkah
|
MANFAAT
|
(شرح القواعد)
Deduktif
|
1.Memberikan
contoh-contoh sebelum memberikan kaidah gramatika, karena contoh yang baik
akan menjelaskan gramatika secara mendalam daripada gramatika saja.
2.Jangan memberikan contoh hanya satu kalimat
saja, tetapi harus terdiri dari beberapa contoh dengan perbedaan dan
persamaan teks untuk dijadikan analisa perbandingan bagi peserta didik.
3.Mulailah contoh-contoh dengan sesuatu yang
ada di dalam ruangan kelas/media yang telah ada dan memungkinkan
menggunakannya.
4.Mulailah contoh-contoh tersebut dengan
menggunakan kata kerja yang bisa secara langsung dengan menggunakan gerakan
anggota tubuh.
5.Ketika mengajarkan kata sifat hendaknya
menyebutkan kata-kata yang paling banyak digunakan dan lengkap dengan
pasangannya. Misalnya hitam-putih, bundar-persegi.
6.Ketika mengajarkan huruf jar dan maknanya,
sebaiknya dipilih huruf jar yang paling banyak digunakan dan dimasukkan
langsung ke dalam kalimat yang paling sederhana. Contoh Jumlah ismiyyah: الكتاب في
الصندوق, Contoh jumlah
fi’iliyah : خرج الطاب من الفصل
7.Hendaknya tidak memberikan contoh-contoh
yang membuat peserta didik harus meraba-raba karena tidak sesuai dengan
kondisi pikiran mereka.
8.Peserta didik diberikan motivasi yang cukup
untuk berekspresi melalui tulisan, lisan bahkan mungkin ekspresi wajah, agar
meraka merasa terlibat langsung dengan proses pengajaran yang berlangsung.
|
Siswa lebih memhami kaidah tata
bahasa nahwu secara menyeluruh yang terdapat dalam sebuah kalimat
|
Mind Mapping
|
1. Proses belajar dilakukan secara interaktif. Dengan mengaktifkan tiga alat sensor utama yaitu
pendengaran, penglihatan, dan gerakan anggota tubuh maka proses pembelajaran
akan lebih mudah dan tidak membosankan. Gerakan tubuh dilakukan dengan cara
membuka tombol-tombol yang ada, dan anda akan menemukan hubungan antara satu
tombol dengan tombol yang lain.
2. Sistematika pembahasan. Sistematika pembahasan diawali dari yang paling mudah
dulu dan diusahakan tidak ada tumpang tindih pembahasan, maksudnya materi
yang belum perlu dibahas tidak dibahas kecuali sedikit, apabila terpaksa
harus dibahas, dan tidak ada penekanan.
3. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Penggunaan istilah-istilah dalam Tata Bahasa Arabditulis
dengan tulisan latin agar tidak terkesan rumit.
4. Menggunakan peta pikiran. Penggunaan peta pikiran akan lebih mudah memberikan
gambaran global tentang apa saja yang akan dibahas dan memudahkan dalam
memahami hubungan antara satu bab dengan bab lainnya. Penggunaan peta pikiran
juga akan memudahkan dalam menghafal materi.
|
1. Siswa lebih sistematis dalam berfikir.
2.Mempermudah siswa dalam teori pengajaran
nahwu
|
Daftar Pustaka
كامل
محمود.2003.طريقة تدريس اللغة العربية لغير الناطقين بها.إسيسكو
شوقي
الدكتور. 1119 .الدراسة النحوية.مكتبة الدراسات الادبية.دار المعارف