Jumat, 01 Juni 2012

BELAJAR DAN MENGAJAR


Belajar dan Mengajar
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Hidup dan segala sesuatu di sekitar kita merupakan gabungan dari sistem dan sub-sistem. Seorang manusia adalah suatu sistem. Kehidupan manusia di dalam suatu keluarga adalah satu sistem. Rumah, kereta, tren, sekolah, organisasi, desa, kampus, perkumpulan pemain bola, kedai, pejabat, kerajaan, negara, dunia, universe dan lain-lain adalah sistem-sistem.
Bertolak dari identifikasi sistem tersebut, banyak sekolah yang berjalan tanpa adanya sistem yang baik. Semua komponen tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya banyak dari komponen itu tidak bejalan efektif dan efisien. Padahal pengajaran berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Proses pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan rencananya mencakup tiga hal, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengajaran dilakukan dalam waktu yang bekala, baik waktu untuk jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang. Program pengajaran merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai pengajaran disekolah dasar dan sekolah menengah di indonesia adalah konsep teknologi pendidikan. Khususnya pengajaran sebagai sistem.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan belajar?
2.      Apakah yang dimaksud dengan mengajar?
3.      Apakah yang dimaksud dengan sistem?
4.      Apasajakah yang termasuk komponen dalam sistem kegiatan belajar mengajar?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Belajar, Mengajar, dan Sistem
A.     Pengertian Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan hasil latihan, melainkan pengubahan kelakuan.[1]
Menurut  William  James,   John Dewey,    James  cartel   dan  Edward (dalam Winataputra, 2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) tersebut di peroleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian belajar sepanjang hayat.
Gagne (dalam  Siddiq , 2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.      
1)            Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya aktif. 
2)            Perubahan perilaku
Hasil belajar perubahan-perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya.
3)            Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Winkel (dalam Kurnia, 2007: 1-30) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasil-kan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.

B. Pengertian Mengajar
            Istilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda, akan tetapi diantara keduanya terdapat hubungan yang erat sekali. Bahkan antara keduanya terjadi kaitan dan interaksi satu sama lain. Antara kedua kegiatan itu saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain.[2]
            Dalam hal ini, kami membahas pengertian mengajar itu dari beberapa pendapat :
1. Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid disekolah.
2. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.
3. Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
4. Mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.
5. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat. Perumusan ini banyak didukung dari banyak ahli yang menganut pandangan bahwa pendidikan itu berorientasi kepada tuntutan masyarakat.

C.     Pengertian Sistem
Dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Systema”, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “SYSTEM”, yang mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan.
Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem. Berikut ini adalah definisi kata Sistem menurut beberapa para ahli.
Sistem adalah suatu kesatuan berbagai unsur yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan atau fungsi sistem tersebut. Sistem sebagai suatu pendekatan merupakan cara pandang sesuatu secara sistematik dan menyeluruh, tidak terpisah-pisahkan. Di dalam suatu sistem terdapat elemen-elemen yang sekaligus menjadi ciri-ciri suatu sistem. Menurut Ryans (1968), ciri-ciri sistem adalah (1) elemen-elemen dapat dikenali, (2) saling berkaitan secara teeratur, (3) merupakan kesatuan organisasi untuk mencapai tujuan/ fungsi, (4) membuahkan hasil yang dapat dikenali.
Sistem adalah rangkaian komponen yang saling berkaitan dan berfungsi ke arah tercapainya tujuan sistem yang telah ditetap­kan lebih dahulu. (Warijan, dkk., 1984: 1). Secara lebih rinci, ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan sistem adalah:
            1)            Adanya tujuan
Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentu­kan lebih dahulu, dan itu menjadi tolok ukur pemilihan kompo­nen serta kegiatan dalam proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada dalam suatu sistem meng­arah ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem adalah pusat orientasi dalam suatu sistem.
            2)            Adanya komponen sistem (selain tujuan)
Jika suatu sistem itu adalah sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil) adalah komponen dari mesin (sistemnya); demikian pula halnya dengan pengajaran di sekolah sebagai sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik manusia maupun non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terj adi di dalamnya adalah merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponen-komponen sistem.
            3)      Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan kesatuan kerja sistem
Penyelenggaraan pengajaran di sekolah merupakan suatu sis­tem, maka setiap komponen yang mempunyai fungsi tertentu itu mesti menyumbang secara sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan dan semua fungsi tersebut perlu dikoordinasikan secara terpadu agar proses pengajaran berlangsung secara efektif dan cfisien.
            4)            Adanya interaksi antar komponen
Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi, dan saling ketergantungan.
Misalnya: keguruan seseorang barulah menjadi nyata jika ada siswa yang bersedia untuk dididiknya; siswa yang responsif, kri­tis, dan koordinatif banyak membantu guru dalam mengem­bangkan kariernya.
            5)            Adanya transformasi dan sekaligus umpan balik
Fungsi dari setiap komponen merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan fungsi sistem. Dalam sistem pengajaran yang berinti pada interaksi personal, peran dari komponen-komponen (selain guru dan siswa) adalah untuk meningkatkan nilai inter­aksi personal tersebut demi keberhasilan belajar siswa. Transfor­masi yang terjadi dalam interaksi guru-siswa secara lebih teknis merupakan transaksi pesan-pesan (pemahaman -> penginte­grasian -> pengembangan diri).

2. Belajar-Mengajar Sebagai Suatu Sistem
            Belajar-mengajar sebagai suatu sistem, atau lebih dikenal sistem instruksional menunjuk pada pengertian sebagai sekelompok atau seperangkat bagian atau komponen yang saling bergantung (interdependen) satu sama lain untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, sistem senantiasa merupakan suatu keseluruhan atau totalitas dari semua bagian yang satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan.[3]
            Sebagai suatu sistem, belajar-mengajar mengandung sejumlah komponen antara lain, tujuan, bahan, pelajar, guru, metode, situasi, dan evaluasi.
a. Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran, sampai tujuan khusu pembelajaran. Proses belajar-mengajar tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai.

b. Bahan atau Materi
Materi pembelajaran dalam arti luas tidak hanya yang tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar pasti harus ada materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun raya menggunakan materi jenis tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di laboratorium menggunakan materi simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan karakteristik siswa.

c. Siswa
Teori didaktik metodik telah bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen proses belajar-mengajar (PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai objek Pendidikan bergeser sebagai subjek Pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua pelaksanaan Pendidikan. Tiada Pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu, siswa harus dipahami dan dilayani sesuai dengan hak-hak dan tanggungjawabnya sebagai siswa. Siswa adalah individu yang unik. Mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka dating ke sekolah telah membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan social. Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang harus dikembangkan oleh guru di sekolah.

d. Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh sebab itu, pelaksanaan tugas guru harus profesional. Walaupun seorang guru sebagai individu memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu, guru harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut kompetensi guru. Oleh sebab itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi guru itu mencakup menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran, menguasai materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar.

e. Metode
Metode mengajar adalah cara atau teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak.
f. Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun gradasi kemampuan anak didik, sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif, objektif, kooperatif, dan efektif. Evaluasi dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi pembelajaran.
Kesemuanya itu saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Dengan perkataan lain, agar tujuan belajar-mengajar itu dapat tercapai, semua komponen yang ada didalamnya harus di organisasi sehingga komponen-komponen tersebut dapat bekerja sama dengan baik. Karena itu, dalam mengembangkan suatu kegiatan belajar-mengajar, guru tidak hanya memperhatikan komponen materi, metode, dan evaluasi saja tanpa memperhatikan proses belajar-mengajar sebagai suatu keseluruhan dan sebagai suatu sistem.
            Dalam belajar-mengajar, guru sering dihadapkan kepada sejumlah persoalan, antara lain:
1. tujuan-tujuan apa yang hendak di capai?
2. Materi pelajaran apa yang perlu diberikan?
3. Metode atau alat mana yang akan di gunakan?
4. Prosedur apa yang akan di tempuh dalam mengevaluasi kemajuan belajar peserta didik?
            Dalam sistem instruksional, evaluasi merupakan salah satu komponen yang berfungsi untuk menilai sampai berapa jauh program mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Dengan kata lain, evaluasi memberikan gambaran keberhasilan program belajar peserta didik yang dapat digunakan sebagai umpan balik bagi program belajar-mengajar dalam suatu sistem, dan memberikan balikan bagi kurikulum sekolah.
            Sebagaimana di maklumi, dalam keseluruhan kegiatan belajar-mengajar ,  guru merupakan pemegang peranan yang penting, yaitu sebagai pendidik yang bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya proses pendidikan. Bahkan pandangan mutakhir menyebutkan bahwa betapapun bagus dan indahnya suatu kurikulum, pada akhirnya terletak di tangan guru.
            Secara khusus, guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan sebagainya. Untuk itu adalah wajar guru memahami segala aspek pribadi peserta didik dengan sebaik-baiknya, termasuk memahami:
a. Kecerdasan dan bakat-bakat khusus,
b. Prestasi belajar sejak permulaan sekolah,
c. Perkembangan jasmani dan kesehatannya,
d. Kecenderungan emosi dan karakternya,
e. Sikap dan minat belajar,
f. Cita-cita sekolah dan pekerjaannya,
g. kebiasaan belajar dan bekerja,
h. Hobi dan penggunaan waktu senggang,
i. Hubungan sosial di sekolah dan dirumah,
j. Latar belakang keluarga,
k. Latar belakang lingkungan, dan
l. Sifat-sifat khusus dan kesulitan peserta didik.
            Usaha pemahaman siswa sebagai individu dapat dilakukan dengan kegiatan evaluasi. Di samping itu, secara administratif setiap guru diminta memberikan laporan mengenai kemajuan hasil belajar dari setiap peserta didiknya kepada kepala sekolah, orang tua maupun kepada instansi-instansi lain. Kegiatan evaluasi memberikan bahan laporan tersebut.


BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media dan evaluasi. Semua komponen merupakan satu kesatuan, jika ada salah satu komponen yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar akan terganggu. Sehingga hasil yang dicapai dalam pembelajaran tidak memuaskan.  

B.     Saran
Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Hal ini menuntut perubahan dalam penggunaan model mengajar, strategi belajar mengajar, pengorganisasian kelas, sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Untuk memenuhi hal tersebut, guru sebaiknya mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sebagai subjek utama dalam belajar dengan mendayagunakan segala komponen yang terdapat dalam sistem pembelajaran..


DAFTAR PUSTAKA




Sugandi, Achmad, dkk. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES Press.

Tri Anni, Catarina, dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.





[1] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hal. 27
[2]  Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hal. 44
[3]  Tabrani Rusyan. Dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, hal. 167

Tidak ada komentar: