Belajar dan Mengajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup dan
segala sesuatu di sekitar kita merupakan gabungan dari sistem dan sub-sistem.
Seorang manusia adalah suatu sistem. Kehidupan manusia di dalam suatu keluarga
adalah satu sistem. Rumah, kereta, tren, sekolah, organisasi, desa, kampus,
perkumpulan pemain bola, kedai, pejabat, kerajaan, negara, dunia, universe dan
lain-lain adalah sistem-sistem.
Bertolak dari
identifikasi sistem tersebut, banyak sekolah yang berjalan tanpa adanya sistem
yang baik. Semua komponen tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya banyak
dari komponen itu tidak bejalan efektif dan efisien. Padahal pengajaran
berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar.
Proses pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan rencananya
mencakup tiga hal, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengajaran
dilakukan dalam waktu yang bekala, baik waktu untuk jangka pendek, menengah
ataupun jangka panjang. Program pengajaran merupakan suatu program bagaimana
mengajarkan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Dewasa ini konsep
yang banyak mewarnai pengajaran disekolah dasar dan sekolah menengah di
indonesia adalah konsep teknologi pendidikan. Khususnya pengajaran sebagai
sistem.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan belajar?
2. Apakah yang
dimaksud dengan mengajar?
3. Apakah yang
dimaksud dengan sistem?
4. Apasajakah
yang termasuk komponen dalam sistem kegiatan belajar mengajar?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Belajar, Mengajar, dan Sistem
A. Pengertian Belajar
Belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut
pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,
yakni mengalami. Hasil belajar bukan penguasaan hasil latihan, melainkan
pengubahan kelakuan.[1]
Menurut William James,
John Dewey, James cartel
dan Edward (dalam Winataputra,
2007) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
ragam competencies, skills and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skill),
dan sikap (attitude) tersebut di
peroleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua
melalui rangkaian belajar sepanjang hayat.
Gagne
(dalam Siddiq , 2008) menyatakan bahwa
belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut ada tiga unsur pokok dalam belajar,
yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.
1) Proses
Belajar adalah proses mental dan
emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar jika pikiran dan perasaannya
aktif.
2) Perubahan perilaku
Hasil belajar perubahan-perubahan
perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah
perilakunya.
3) Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam
arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Winkel (dalam Kurnia, 2007: 1-30)
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri
seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya,
sehingga menghasil-kan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan salah satu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi
individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi
secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah
pada kemajuan yang progresif.
B. Pengertian Mengajar
Istilah mengajar dan
belajar adalah dua peristiwa yang berbeda, akan tetapi diantara keduanya
terdapat hubungan yang erat sekali. Bahkan antara keduanya terjadi kaitan dan interaksi
satu sama lain. Antara kedua kegiatan itu saling mempengaruhi dan saling
menunjang satu sama lain.[2]
Dalam hal ini, kami
membahas pengertian mengajar itu dari beberapa pendapat :
1. Mengajar ialah
menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid disekolah.
2. Mengajar adalah mewariskan
kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah.
3. Mengajar adalah usaha
mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.
4. Mengajar atau mendidik itu adalah
memberikan bimbingan belajar kepada murid.
5. Mengajar adalah kegiatan
mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Perumusan ini banyak didukung dari banyak ahli yang menganut
pandangan bahwa pendidikan itu berorientasi kepada tuntutan masyarakat.
C. Pengertian Sistem
Dari segi Etimologi, kata sistem
sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Systema”, yang dalam Bahasa
Inggris dikenal dengan “SYSTEM”, yang mempunyai satu pengertian yaitu
sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan
merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan.
Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem
adalah gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang bekerja bersama-sama,
sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja
sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsur tersebut hilang
atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi kita
sebut suatu sistem. Berikut ini adalah definisi kata
Sistem menurut beberapa para ahli.
Sistem adalah
suatu kesatuan berbagai unsur yang mempunyai hubungan fungsional dan
berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan atau fungsi sistem tersebut.
Sistem sebagai suatu pendekatan merupakan cara pandang sesuatu secara
sistematik dan menyeluruh, tidak terpisah-pisahkan. Di dalam suatu sistem
terdapat elemen-elemen yang sekaligus menjadi ciri-ciri suatu sistem. Menurut
Ryans (1968), ciri-ciri sistem adalah (1) elemen-elemen dapat dikenali, (2)
saling berkaitan secara teeratur, (3) merupakan kesatuan organisasi untuk
mencapai tujuan/ fungsi, (4) membuahkan hasil yang dapat dikenali.
Sistem adalah
rangkaian komponen yang saling berkaitan dan berfungsi ke arah tercapainya
tujuan sistem yang telah ditetapÂkan lebih dahulu. (Warijan, dkk., 1984: 1).
Secara lebih rinci, ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan sistem
adalah:
1) Adanya tujuan
Setiap rakitan sistem pasti
bertujuan, tujuan sistem telah ditentukan lebih dahulu, dan itu menjadi tolok
ukur pemilihan komponen serta kegiatan dalam proses kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada dalam suatu sistem mengarah
ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem adalah pusat orientasi dalam suatu
sistem.
2)
Adanya komponen sistem (selain tujuan)
Jika suatu sistem itu adalah
sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil) adalah komponen dari mesin
(sistemnya); demikian pula halnya dengan pengajaran di sekolah sebagai sistem,
maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik manusia maupun non manusia)
dan kegiatan-kegiatan lain yang terj adi di dalamnya adalah merupakan komponen
sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponen-komponen sistem.
3) Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan
kesatuan kerja sistem
Penyelenggaraan pengajaran di
sekolah merupakan suatu sistem, maka setiap komponen yang mempunyai fungsi
tertentu itu mesti menyumbang secara sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan
dan semua fungsi tersebut perlu dikoordinasikan secara terpadu agar proses
pengajaran berlangsung secara efektif dan cfisien.
4) Adanya interaksi antar komponen
Antar komponen dalam suatu
sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi, dan saling
ketergantungan.
Misalnya: keguruan seseorang barulah menjadi nyata
jika ada siswa yang bersedia untuk dididiknya; siswa yang responsif, kritis,
dan koordinatif banyak membantu guru dalam mengembangkan kariernya.
5) Adanya transformasi dan sekaligus umpan balik
Fungsi dari setiap komponen
merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan fungsi sistem. Dalam sistem
pengajaran yang berinti pada interaksi personal, peran dari komponen-komponen
(selain guru dan siswa) adalah untuk meningkatkan nilai interaksi personal
tersebut demi keberhasilan belajar siswa. Transformasi yang terjadi dalam
interaksi guru-siswa secara lebih teknis merupakan transaksi pesan-pesan
(pemahaman -> pengintegrasian -> pengembangan diri).
2. Belajar-Mengajar Sebagai Suatu Sistem
Belajar-mengajar
sebagai suatu sistem, atau lebih dikenal sistem instruksional menunjuk pada
pengertian sebagai sekelompok atau seperangkat bagian atau komponen yang saling
bergantung (interdependen) satu sama lain untuk mencapai tujuan. Oleh karena
itu, sistem senantiasa merupakan suatu keseluruhan atau totalitas dari semua
bagian yang satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan.[3]
Sebagai suatu sistem,
belajar-mengajar mengandung sejumlah komponen antara lain, tujuan, bahan,
pelajar, guru, metode, situasi, dan evaluasi.
a. Tujuan
Tujuan yang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan
berjenjang mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan umum pembelajaran, sampai tujuan khusu pembelajaran. Proses
belajar-mengajar tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan
pendidikan secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru. Tujuan disusun
berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai.
b. Bahan atau Materi
Materi pembelajaran dalam arti luas tidak hanya yang
tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup keseluruhan
materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar pasti harus ada
materinya. Anak yang sedang field-trip di kebun raya menggunakan materi jenis
tumbuhan dan klasifikasinya. Anak yang praktikum di laboratorium menggunakan materi
simbiose katak. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara
sistematis agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan
karakteristik siswa.
c. Siswa
Teori didaktik metodik telah bergeser dalam
menempatkan siswa sebagai komponen proses belajar-mengajar (PBM). Siswa yang
semula dipandang sebagai objek Pendidikan bergeser sebagai subjek Pendidikan.
Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua pelaksanaan Pendidikan. Tiada
Pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu, siswa harus dipahami dan dilayani
sesuai dengan hak-hak dan tanggungjawabnya sebagai siswa. Siswa adalah individu
yang unik. Mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis
berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai
administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka dating ke sekolah telah
membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan social. Masing-masing
memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang
harus dikembangkan oleh guru di sekolah.
d. Guru
Guru adalah sebuah profesi. Oleh sebab itu,
pelaksanaan tugas guru harus profesional. Walaupun seorang guru sebagai
individu memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki keunikan tersendiri sebagai
pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan.
Untuk itu, guru harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut kompetensi
guru. Oleh sebab itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi
guru itu mencakup menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode
pembelajaran, menguasai materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat
pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar.
e. Metode
Metode mengajar adalah cara atau teknik penyampaian
materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru. Metode mengajar ditetapkan
berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik anak.
f. Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk menyusun gradasi
kemampuan anak didik, sehingga ada penanda simbolik yang dilaporkan kepada
semua pihak. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif, objektif, kooperatif,
dan efektif. Evaluasi dilaksanakan berpedoman pada tujuan dan materi
pembelajaran.
Kesemuanya itu
saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Dengan perkataan lain, agar tujuan belajar-mengajar itu dapat tercapai, semua
komponen yang ada didalamnya harus di organisasi sehingga komponen-komponen
tersebut dapat bekerja sama dengan baik. Karena itu, dalam mengembangkan suatu
kegiatan belajar-mengajar, guru tidak hanya memperhatikan komponen materi,
metode, dan evaluasi saja tanpa memperhatikan proses belajar-mengajar sebagai
suatu keseluruhan dan sebagai suatu sistem.
Dalam belajar-mengajar, guru sering
dihadapkan kepada sejumlah persoalan, antara lain:
1.
tujuan-tujuan apa yang hendak di capai?
2. Materi
pelajaran apa yang perlu diberikan?
3. Metode atau
alat mana yang akan di gunakan?
4. Prosedur apa
yang akan di tempuh dalam mengevaluasi kemajuan belajar peserta didik?
Dalam sistem instruksional, evaluasi
merupakan salah satu komponen yang berfungsi untuk menilai sampai berapa jauh
program mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Dengan kata lain, evaluasi
memberikan gambaran keberhasilan program belajar peserta didik yang dapat
digunakan sebagai umpan balik bagi program belajar-mengajar dalam suatu sistem,
dan memberikan balikan bagi kurikulum sekolah.
Sebagaimana di maklumi, dalam
keseluruhan kegiatan belajar-mengajar ,
guru merupakan pemegang peranan yang penting, yaitu sebagai pendidik
yang bertanggung jawab atas berhasil atau tidaknya proses pendidikan. Bahkan
pandangan mutakhir menyebutkan bahwa betapapun bagus dan indahnya suatu
kurikulum, pada akhirnya terletak di tangan guru.
Secara khusus, guru berperan sebagai
pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan
sebagainya. Untuk itu adalah wajar guru memahami segala aspek pribadi peserta
didik dengan sebaik-baiknya, termasuk memahami:
a. Kecerdasan
dan bakat-bakat khusus,
b. Prestasi
belajar sejak permulaan sekolah,
c. Perkembangan
jasmani dan kesehatannya,
d.
Kecenderungan emosi dan karakternya,
e. Sikap dan
minat belajar,
f. Cita-cita
sekolah dan pekerjaannya,
g. kebiasaan
belajar dan bekerja,
h. Hobi dan
penggunaan waktu senggang,
i. Hubungan
sosial di sekolah dan dirumah,
j. Latar
belakang keluarga,
k. Latar
belakang lingkungan, dan
l. Sifat-sifat
khusus dan kesulitan peserta didik.
Usaha pemahaman siswa sebagai
individu dapat dilakukan dengan kegiatan evaluasi. Di samping itu, secara
administratif setiap guru diminta memberikan laporan mengenai kemajuan hasil
belajar dari setiap peserta didiknya kepada kepala sekolah, orang tua maupun
kepada instansi-instansi lain. Kegiatan evaluasi memberikan bahan laporan
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Guru
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan
membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswa dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: kurikulum, guru, siswa,
materi, metode, media dan evaluasi. Semua komponen merupakan satu kesatuan,
jika ada salah satu komponen yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar akan
terganggu. Sehingga hasil yang dicapai dalam pembelajaran tidak memuaskan.
B. Saran
Guru
berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku
fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif,
mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa
untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus
mereka capai.
Hal ini
menuntut perubahan dalam penggunaan model mengajar, strategi belajar mengajar,
pengorganisasian kelas, sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses
belajar mengajar. Untuk memenuhi hal tersebut, guru sebaiknya mengelola proses
belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sebagai subjek utama
dalam belajar dengan mendayagunakan segala komponen yang terdapat dalam sistem
pembelajaran..
DAFTAR PUSTAKA
Sugandi, Achmad, dkk. 2005. Teori
Pembelajaran. Semarang: UNNES Press.
Tri Anni, Catarina, dkk. 2006. Psikologi
Belajar. Semarang: UNNES Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar