METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB III
3. Thariqah Sam’iyah Safawiyah (Audio Lingual Method)
Metode ini sebagai respon bagi dua hal yang penting pada tahun
50-an dan 60-an, yaitu: 1) studi bahasa yang dilakukan oelh ahli jiwa dan ahli
bahasa terhadap bahasa-bahasa lisan Hindia di Amerika Serikat, 2) perkembangan
sarana komunikasi antar bangsa yang bisa mendekatkan jarak antara mereka dan
adanya kenutuhan mempelajari bahasa asing tidak hanya digunakan untuk membaca
tetapi untuk komunikasi langsing dengan mereka. Kedua hal ini mendorong untuk
melihat kembali fungsi bahasa yang tidak hanya untuk komunikasi bahasa tulisan
atau transfer budaya manusia, akan tetapi bahasa sebagai alat untuk
merealisasikan komunikasi lisan. Secara berurutan orang belajar menyyimak dan berbicara
dan berlanjut komunikasi tertulis (membaca dan menulis). Pandangan inilah
kemudian melahirkan metode pembelajaran sam’iyah safawiyah (Audio Lingual
Method).
Salah satu pendekatan pembelajaran bahasa Asing
(termasuk bahasa Arab) seperti lazimnya pembelajaran bagi bahasa-bahasa yang
lainnya meliputi (1) Mahaaraat al Istima‟ (listening skills); (2) Al Mahaaraat al
Kalaamiyah (speaking skills); (3) Mahaaraat al al Qiraa-ah (reading skills);
(4) Al Mahaaraat al Kitaabah (writing skills). Ketrampilan menulis untuk
tingkat pemula mestinya tidak diberikan secara bersamaan. Robert Lado,
menganggap pembelajaran mendengar dan bercakap-cakap (nomor 1 dan 2) bagi para
pemula justeru paling baik. Nasihat pakar bahasa tersebut menjelaskan
pertama-tama ajarilah yang belajar itu bagaimana (cara) mendengar dan
bercakap-cakap, setelah itu kemudian diajar bagaimana (cara) membaca dan
menulis.
Metode As-sam‟iyyah as-Syafawiyyah (dengar-ucap) menganggap
dasar tersebut sebagai salah satu tulang punggung yang dijadikan sandaran di
antara metode-metode ilmiah lainnya. Yang paling banyak memerankan bahasa
adalah kata-kata, padanya terjelma segi pengucapan bahasa meliputi irama kata,
intonasi, berhenti, disambung, dipanjangkan dan lain sebagainya dari
kekhususan-kekhususan bunyi. Hal ini tentu saja tidak dimaksudkan untuk
mengabaikan peranan kecakapan-kecakapan bahasa lainnya, namun hal tersebut
diharapkan menyadarkan pada keharusan didahulukannya ketrampilan mendengar dan
berbicara atas dua ketrampilan lainnya (membaca dan menulis), alasannya, dua
ketrampilan terakhir itu mensyaratkan dikuasainya rumus-rumus tertentu sebelum
mempelajari model-model bahasa lainnya
Ciri-ciri
penggunaan Metode Sam’iyah Safawiyah, sebagai berikut:
a) Metode ini berangkat dari gambaran bahwa bahasa adalah seperangkat
simbol-simbol suara yang dikenal oleh anggota masyarakat untuk mengadakan
komunikasi diantara mereka.
b) Guru dalam mengajarkan ketrampilan bahasa mengikuti urutan asli pemerolehan
bahasa pertama yaitu dari ketrampilan istima’, kalam, qiraah, kitabah.
c) Metode ini didasarkan pada pandangan Ahli Antropologi Kebudayaan bahwasanya
budaya bukanlah sekedar bentuk seni atau sastra, akan tetapi budaya merupakan
gaya hidup yang melingkupi kehidupan suatu kelompok yang berbicara dengan
bahasa mereka.
Kelebihan
Metode Sam’iyah Safawiyah, adalah:
a) Dapat diterapkan pada kelas-kelas mutawassith
b) Memberi banyak latihan dan praktik dalam aspek ketrampilan menyimak dan
berbicara
c) Cocok bagi tingkatan linguistik para siswa
Kekurangan
Metode Sam’iyah Safawiyah, adalah:
a) Sangat membutuhkan guru yang trampil dan cekatan
b) Ulangan sering kali membosankan serta menghambat pengujian kaidah-kaidah
bahasa
c) Kurang sekali memberi pelatihan ujaran/tuturan spontan
DAFTAR PUSTAKA
H. M. Abdul Hamid, M.A dkk, 2008, Pembelajaran
Bahasa Arab, Pendekatan, Metode, Strategi, Materi dan Media,
UIN-Malang Press, Malang.
Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag, 2009, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, Humaniora, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar