SASTRA
MODERN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Sastra Arab merupakan karya sastra
yang penting dan menarik untuk dikaji baik secara historis ataupun kritik yang
dapat memberikan pengetahuan bagi para pembacanya. Hal ini sangat mungkin
karena karya sastra ini menggunakan media bahasa al-Qur’an yaitu bahasa Arab
dan tidak bisa dipungkuri bahwa bahasa al-Qur’an memberikan standar bahasa
fushah Arab baik dari aspek struktur, gaya, dan model pengungkapan, sehingga
memberikan inspirasi positif yang dapat mempengaruhi model ekspresinya
sastrawan Arab. Tetapi pada kurun waktu awal perkembangan sastra arab modern,
dan juga dengan maraknya gelombang migrasi orang arab ke negara lain, cukup
menimbulkan dilema seperti: apakah sastra arab itu identik dengan karya sastra
yang berbahasa arab saja ataukah memakai bahasa-bahasa asing. walaupun bukan
karya orang arab sekalipun, ataukah segala karya sastra yang diciptakan oleh orang
arab yang bertempat tinggal di negara Arab
Setelah larinya para ulama dan
penyair dari Baghdad ke Syam dan Mesir, akhirnya kedua kota ini menjadi pusat
pengetahuan umat islam yang baru, terutama Mesir. Kebangkitan Sastra di Mesir
pada abad modern diawali dengan berkembangnya aliran sastra yang kemudian
dikenal dengan aliran konservatif (Tayyar al-Muhafidzin), yaitu aliran yang
merekonstruksi ruang lingkup sastra dengan tetap merevivalisasi sastra klasik
serta mengembangkan tema sastra sesuai dengan kondisi kekinian.
Hal inilah yang melatarbelakangi kami untuk menyusun makalah ini.
Yakni memberikan informasi bagi para pembaca. Agar lebih mengetahui seluk beluk
sastra modern.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
sastra pada masa modern?
2. Faktor-faktor
apakah yang mendorong kebangkitan sastra
sastra Arab?
3. Bagaimanakah
karakteristik sastra modern dan sastrawan pada masa itu?
4. Bagaimanakah
sastra Muhajir?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui
sastra modern
2. Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mendorong kebangkitan sastra Arab
3. Untuk mengetahui
karakteristik sasrta modern dan sastrawan pada masa itu
4. Untuk mengetahui
sastra Muhajir
BAB II
PEMBAHASAN
A. MASA MODEREN
Sejarah
kesusastraan Arab terdiri dari beberapa periode, yaitu zaman jahiliyyah
(pra-Islam), zaman permulaan Islam, zaman Bani Umayyah, zaman Bani Abbasiyah
(berakhir bersamaan dengan keruntuhan Baghdad akibat serangan Mongol), zaman
pertengahan atau zaman kemunduran, dan zaman modern (sejak abad ke-13 H).
Menjelang zaman
modern, sastra Arab mulai dihadapkan dengan sastra Barat. Dalam hal ini,
terdapat dua aliran utama. Pertama, aliran konservatif (المحافظون), yakni
mereka yang masih memegang kaidah puisi Arab secara kuat. Mereka itu antara
lain Mahmud Al-Barudi dan Ahmad Syauqi. Yang terakhir disebut ini sering
dikenal dengan sebutan أمير الشعراء (Pangeran Para Penyair) dan Poet of Court
(Penyair Istana). Disamping itu terdapat pula Hafizh Ibrahim yang dikenal
dengan sebutan Poet of People (Penyair Rakyat). Aliran yang kedua ialah aliran
modernis (المجددون), yakni mereka yang ingin lepas dari kaidah dan a tradisional
serta sangat terpengaruh oleh sastra Barat.
Memasuki zaman
modern, perseteruan antara sastra Arab dan sastra Barat semakin menjadi-jadi.
Dalam dunia puisi, terdapat dua aliran utama, yakni konservatif dan modernis.
Di kubu konservatif terdapat Mushthafa Shadiq Al- Rafi’i, Mahmud Abbas Al-Aqqad
dan kawan-kawan. Sementara di kubu modernis terdapat Ahmad Amin, Muhammad
Husain Haikal, Taha Husain, dan kawan-kawan. Dalam dunia puisi juga terdapat aliran
konservatif dan modernis. Aliran modernis memperkenalkan puisi bebas (puisi
tanpa sajak). Beberapa sastrawan aliran Romantik pada tahun 1930-an telah
mendirikan kelompok penyair bernama Kelompok Apollo. Satu perkembangan unik
puisi di masa ini ialah munculnya شعر المقاومة (Puisi Perlawanan) yaitu puisi yang
menggelorakan perlawanan Islam dan Arab melawan Zionis Israel.
Kesusastraan
Arab tidak hanya telah diramaikan oleh umat Islam. Beberapa sastrawan
nonmuslim, meskipun tidak banyak, telah diakui (minimal oleh dunia Barat)
sebagai bagian dari komunitas sastra Arab. Diantara mereka terdapat Khalil
Jibran (Kahlil Gibran), dengan karya terkenalnya الأجنحة
المتكسرة (Sayap-sayap Patah)
dan الأرواح المتمردة (Jiwa-jiwa Pemberontak).
B.
Faktor-Faktor Pendirong Kebangkitan Sastra Moderen
Kebangkitan
Satra di Mesir pada abad modern diawali dengan berkembangnya aliran sastra yang
kemudian dikenal dengan aliran konserfatif , yaitu aliran yang merekonstruksi
ruang lingkup sastra dengan merevivaliasi sastra klasik serta mengembangkan
tema sastra sesuai dengan kondisi kekinian. Pelopor aliran ini adalah Mahmud Samial Barudi (1838-1904). Pembaruan
yang dilakukan barudin bukan melakukan sweeping atau menyapu bersih
kaidah-kaidah sastra klasik, qowafi (rhyme) dan wazan (ritme). Oleh karena itu
aliran in disebut muhafidzin karena mereka tetap menjaga parameter sastra yang
telah diwariskan secara turun-temurun dari sastrawan-sastrawan klasik. Namun
demikian, pembaharuan Barudi hanya sebatas pembaharuan pada diksi tema yang
dikaitkan dengan kondisi pada zamannya atau hasial dari interaksi langsung
dengan social budaya masyarakat pada waktu itu.
Terlepas
dari Barudi, kebangkitan sastra arab diawali dengan beberapa faktor, Berikut
ini kami akan sampaikan secara singkat faktor-faktor yang menyebabkan
bangkitnya kembali kesusastraan arab.
Faktor-faktor yang menyebabkan bangkitnya kesusastraan arab,
yaitu:
1. Bersatunya
antara kebudayaan barat dengan kebudayaan timur. Pada awal kurun yang lampau
yang di usung pertama kali oleh Napoleon Bonaparte dan pengambilan kekuasaan
dari tangan para komunis, dan lain dari pada itu Negara bagian timur menjadi
tempat bekerjabagi mereka dan mereka menjadikan bahasa srab sebagai bahasa yang
resmi untuk menyebarkan beberapa ajaran dan sastra. Adapun beberapa pekerjaan
mereka yang ada di Suria tidak lepas dari beberapa peninggalan yang ada di
Mesir, maka dibangunlah beberapa sekolahan dan kebanyakan dari mereka adalah
orang-orang Syam, Nasrani, maka keluarlah beberapa kelompok dari mereka yang
mempunyai kelebihan berbahasa arab dan kemudian mengembangkan keilmuan dan
kesusastraan arab.
2. Bertambahnya
jumlah orientalis di Eropa dibagian timur dan usaha mereka terus berlanjut
hingga mendapatkan beberapa publikasi Arab, dan beberapa tulisan perserikatan Asuyah
yang membahas beberapa ilmu dan masalah-masalah ketimuran, sehingga
bertambahlah tempat mutiara-mutiara ilmu dan sastra.
3.
Dibangunnya sekolah yang bermacam-macam yang didirikan
Muhammad Ali Basya dengan bantuan para pengjar dari Eropa dan beberapa ulama
Mesir. Dan dibangun pula sekolah yang dibangun oleh Khudhowi Ismail, yang
merupaka sekolah bahasa arab yang sangat besar, sedangkan sekolah sastra yaitu
sekolah Darul Ulum. Maka tercetaklah dari sekolah sekolah ini ratusan guru,
hakim, dan pra penulis kitab.
4. Adanya utusan
kaderisasi ilmu pengetahuan, yaitu Muhammad Ali Basya dan Ismail Basya kepada
sejumlahkerajaan yang ada di Eropa untuk menyampaikan bermacam-macam ilmu
pengetahuan, dan pengutusan tersebut berjalan selama 12 tahun.
5. Adanya
propaganda dalam pembelajaran bahasa asing, sehingga system pembelajaran pada
saat itu dengan cara paksa seperti yang ada di Mesir dan Syam dan
sekolah-sekolah negri, perguruan tinggi dan pesat-pusat da’wah. Dari sanalah
banyak dinukil kalimat-kalimat yang berbahasa prancis kedalam bahasa Arab.
Makah adanya atsar dari bahasa tersebut,
beberapa hasil pemikiran orang-orang pada waktu itu dapat terbukukan dan menyebar luas hingga mereka mampu
menerjemahkan ribuan kitab dan riwayat, makalah-makalah politik ilmih kedalam
bahasa Arab. Makah hal tersebut juga dimanfaatkan bagi orang yang tidak paham
dengan bahasa asing sehingga menjadi tahu dengan jelas sastra yang mendalam.
6. Didirikannya
percetakan berbahasa Arab di Mesir, Syam, dan Konstantinopel. Kemudian
dicetaklah beberapa mushaf-mushaf dan beberapa kitab ilmu sastra. Dan diantara
kitab-kitab yang terpenting yang tecetak untuk menghidupkan kembali bahasa Arab
dan kesusastraannya, yaitu kitab-kitab yang berbentuk kamus istilah dan
beberapa penjelasan, lisanul Arab yang sifat khusus membahas kalamul Arab, dan
beberapa kitab sastra seperti: kitab
Al-Aghani Wal Aqdul Farid karangan Al Hariri, Al-Badi’, Amali Qoli dan
Shahi A’syaa. Dan beberapa kitab-kitab
syair yang sangat benyak jumlahnya. Adapun kitab-kitab sejarah seperti:
karangan At-thabari dan ibnu Atsir, kitab mukoddimah karangan ibnu kholdun, dan
beberapa kitab-kitab modern yang lainnya yang tersebar di Eropa.
7. Diterbitkannya
surat kabar yang ada di Mesir, Syam dan konstantinopel. Dan Koran pertama di
Arab yaitu Al-Waqoi’ Al-Misriyah yang terbit pada tahun 1828. Awalnya sebagian
teks berbahasa turki, yang kemudian dirancang kembali oleh syeh Hasan Al-Ithari
dan Syeh Syihabuddin, sehingga kemudian terpisah antara yang berbahasa Arab dan
berbahasa Turki dan kemudian pada akhirnya hanya berbahasa Arab saja kemudian
dicetak dengan tulisan Arab Nashi dan Arab Farisi dan terbit tiga kali dalam
seminggu hingga sekarang. Sedangkan
Koran yang berbahasa Arab pertama kali terbit d Suriya yaitu Hadikotul Akbar
yang terbit pada tahun 1860, yang nama redakturnya adalah Ahmad Faris. Kemudian
terbit juga setelah itu Koran suriya resmi pada tahun 1865. Adapun Koran
pertama kaliterbit di Mesir setelah Al0Waqoi’ adalah wadi Annaily (Koran lama)
dan terbit pula Koran-koran yang lain seperti Al-iskandariyah, Azzaman, Al-Ibtidal , Al-Fallk wal Ahram, Al-Muktim,
Wal MUayyad, Wal Lukluk, Wal Ilmu, Wal jaridah, Wal Syuad.
8. Adanya
kelompok-kelompok ilmuan dan sastrawan , Dan yang paling terkenal pada waktu
itu Syeh Jamaluddin dan Al Afgari.
9. Adanya kereasi
senu bahasa Arab, pertama kemunculannya du Syam kemudian menyebar di Mesir,
yang bertujuan untuk memberantas budaya buta seni, dan kelemahan dalam
berbahasa Arab yang pasing dan lancer.
10. Adanya peraturan
baru di Al-Azharbdan sekolah-sekolah dasar, yang memasukkan materi-materi baru
dari berbagai macam ilmu, atas ide syeh Muhammad Abduh.
C.
Karakteristik dan Sastrawan Pada Masa Sasrta Modern
Puisi-puisi Arab modern sudah banyak yang tidak terikat lagi pada gaya lama
yang dikenal dengan 'Ilm al-'Arūd seperti penyair:
1. Muhammad Ali
Taha (w.1949)
Penyair
ini senang menciptakan puisi bebas, tetapi masih banyak juga yang bertahan
dengan gaya lama kendati tidak lagi terikat pada persyaratan tertentu, puisi-puisinya
sangat halus, romantis, tetapi sangat religius.
.
2.
Mustafa Lutfi Al-Manfaluti (1876-1924)
Sastrawan
dan ulama dari al-Azhar yang sudah amat dikenal di Indonesia, dapat digolongkan
sebagai pengarang cerita-cerita pendek bergaya semi-klasik semi-modern. Ia,
yang juga banyak menerjemahkan, sedikit banyak terpengaruh karya-karya
pengarang Perancis abad yang lalu.
3.
Muhammad Iqbal (1877-1938)
Yang lahir di Sialkot dan wafat di Lahore,
Pakistan. Ia mengungkapkan filsafatnya dengan puisi dalam bahasa Urdu dan
Persia. Beberapa prosanya ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab. Dari
kumpulan puisinya, yang terkenal adalah Asrari Khudi di samping karya
filsafatnya, The Reconstruction of Religious Thought in Islam
4. Muhammad Husein
Haekal(1888-1956)
Selain besar pengaruhnya dalam sastra Arab
mutakhir, juga mempunyai tempat yang penting dalam literatur Islam setelah
serangkaian bukunya tentang studi-studi Islam terbit, terutama sekali bukunya
yang berjudul Hayāh Muhammad (1936). Haekal dianggap perintis karya
sastra modern setelah novelnya. Zainab, terbit (1914). Ia juga banyak
menulis kritik sastra dan cerita pendek.
5.
Abbas Mahmud Al-Aqqad(1889-1973) dan Ibrahim
Al-Aggad(1890-1949)
Sama-sama tumbuh mula-mula sebagai penyair
pembaharuan yang melepaskan diri dari ikatan tradisi. Selain puisi-puisinya,
al-Aqqad juga terkenal karena novel semi-autobiorafinya, Sarah. Pada
tahun-tahun belakangan ia banyak mencurahkan perhatian pada penulisan buku-buku
ke-Islaman.
6.
Mahmud Taimur(1894-1973)
Pengarang
dan seniman yang menjadi kebanggan Mesir. Kritik-kritiknya sangat diperhatikan
para ahli. Karya-karya Mahmud Taimur sudah banyak diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
7.
Taha Husein, Taufik Al-Hakim, Yahyahaqqi dan
Naguib
Pengarang kontemporer yang memiliki
kecenderungan mengelolah cerita lama sebagai bingkai dengan pakaian baru untuk
memperbincangkan masalah baru. Buku-buku seperti Seribu Satu Malam dan Kalīlah
wa Dimnah oleh pengarang-pengarang itu diolah kembali menjadi karya baru
untuk kemudian diisi dengan pikiran-pikiran mereka.
BAB III
KESIMPULAN
· Menjelang zaman modern, sastra Arab mulai dihadapkan dengan sastra
Barat. Dalam hal ini, terdapat dua aliran utama. Pertama, aliran konservatif (المحافظون),
yakni mereka yang masih memegang kaidah puisi Arab secara kuatAliran yang kedua
ialah aliran modernis (المجددون), yakni mereka yang ingin lepas dari kaidah dan a tradisional
serta sangat terpengaruh oleh sastra Barat.
· Kebangkitan
Satra di Mesir pada abad modern diawali dengan berkembangnya aliran sastra yang
kemudian dikenal dengan aliran konserfatif , yaitu aliran yang merekonstruksi
ruang lingkup sastra dengan merevivaliasi sastra klasik serta mengembangkan
tema sastra sesuai dengan kondisi kekinian.
· Puisi-puisi
Arab modern sudah banyak yang tidak terikat lagi pada gaya lama yang dikenal
dengan 'Ilm al-'Arūd seperti penyair:
1.
Muhammad Ali Taha (w.1949)
2.
Mustafa Lutfi Al-Manfaluti (1876-1924)
3.
Muhammad Iqbal (1877-1938)
4.
Muhammad Husein Haekal(1888-1956)
5.
Abbas Mahmud Al-Aqqad(1889-1973) dan Ibrahim
Al-Aggad(1890-1949)
6.
Mahmud Taimur(1894-1973)
7.
Taha Husein, Taufik Al-Hakim, Yahyahaqqi dan
Naguib
DAFTAR PUSTAKA
-
Kamil , Syukron.
2009. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta: Raja
Grafondo Persada.
-
Sakribni, Muhammad. 1405. Al-Adabu Al-Arobi wa taarikhuhu. Saudi
Arabiya: Jamiati Al-Imami Muhammab bin Syuudi Al-Islam.
-
Faros, Muhammad. 1991 M –
1411. H Al-Qissotu fi Al- Adabi
Al-Arobi. Saudi Arabiya: Muthobiatu Al-khasini Al-Islamiyah.
-
Khois, Hasan. 1989 M – 1410
H. Al-Adabu wa An-nususu Ligoiri
An-natiqi bi Al-Arobi. Saudi
Arabiya: ‘Amatu Syuun Al-Maktabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar