I’JAZ
AL-QUR’AN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam yang luas
dan dipenuhi makhluk-makhluk Allah ini; gunung-gunungnya yang menjulang tinggi,
samudranya yang melimpah, dan daratannya yang terhampar luas menjadi kecil
dihadapan makhluk yang lemah, yaitu manusia. Itu semua disebabkan Allah telah menganugerahkan
kepada makhluk manusia ini berbagai keistimewaan dan kelebihan serta memberinya
kekuatan berfikir cemerlang yang dapat menembus segala medan untuk menundukkan
unsur-unsur kekuatan alam tersebut dan menjadikannya sebagai pelayan bagi
kepentingan kemanusiaan.
Allah sama
sekali tidak akan melantarkan manusia, tanpa memberikan kepadanya sebersit
wahyu dari waktu ke waktu, yang membimbingnya kejalan petunjuk sehingga mereka
dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan ini atas dasar keterangan dan
pengetahuan namun watak manusia yang sombong dan angkuh terkadang menolak untuk
tunduk kepada manusia lain yang serupa dengan nya selama manusia lain itu tidak
membawa kepadanya sesuatu yang tidak disanggupinya hingga ia mengakui,tunduk
dan percaya akan kemampuan manusia lain itu yang tinggi dan berada diatas
kemampuannya sendiri.
Namun mengingat
akal manusia pada awal fase awal perkembangannya tidak melihat sesuatu yang
lebih dapat menarik hati selain mukjizat-mukjizat alamiah yang hissi (Indrawi)
karena akal mereka belum mencapai puncak ketinggian dalam bidang pengetahuan
dan pemikiran, maka yang paling relevan ialah jika setiap Rasul itu hanya di
utus kepada kaum nya secara khusus dan mukjizatnya pun hanya berupa Sesuatu hal
luar biasa yang sejenis dengan pa yang mereka kenal selama itu.
Demikianlah
Allah telah menentukan kebadian mukjizat Islam sehingga kemampuan manusia menjadi
tak berdaya menandinginya, padahal waktu yang tersedia cukup panjang dan ilmu
pengetahuanpun telah maju pesat.
Pembicaraan
tentang kemukjizatan Qur’an juga merupakan satu macam mukjizat tersendiri, yang
di dalamnya para penyelidik tidak bisa mencapai rahasia satu sisi dari padanya sampai
ia mendapatkan dibalik sisi itu,sisi-sisi lain yang akan disingkapkan rahasia
kemukjizatan oleh zaman. Demikian persis sebagai mana dikatakan oleh Ar-Rafi’I
: “Betapa serupa (bentuk pembicaraan ) Qur’an, dalam susunan kemukjizatannya
dan kemukjizatan susunannya dengan sistem alam, yang di kerumuni oleh para
ulama’ dari segala arah serta diliputi dari segala sisinya.Segala sisi itu
mereka jadikan obyek kajian dan penyelidikan , namun bagi mareka ia senantiasa
tetap menjadi makhluk baru dan tempat tujuan yang jauh.” [1]
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian kemukjizatan Al-qur’an?
2.
Apa
saja macam-macam kemukjizatan Al-qur’an?
3.
Apa
saja aspek-aspek kemukjizatan Al-qur’an?
4.
Sebutkan
contoh kemukjizatan Al-qur’an?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui kemukjizatan Al-qur’an
2.
Untuk
mengetahui macam-macam kemukjizatan Al-qur’an
3.
Untuk
mengetahui aspek-aspek kemukjizatan Al-qur’an
4.
Untuk
mengetahui contoh kemukjizatan Al-qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian I’jaz
Ketahuilah
bahwa, “Mukjizat” adalah sesuatu yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan tahaddi (menentang) dan tidak ada yang menandingi.
Mukjizat terbagi menjadi dua; Mukjizat hissyiyah (fisik) dan ada mukjizat
aqliyah (akal atau ilmu), dan kebanyakan dari mukjizat Bani Israil itu hissiyyah
(fisik), disebabkan kebodohan mereka dan minimnya kesadaran mereka.
Kebanyakan mukjizat umat ini adalah ‘Aqliyyah, disebabkan kecerdasan
mereka dan kesempurnaan kepahaman mereka, serta karena syari’at ini (telah
dikehendaki oleh Allah) menjadi syari’at yang kekal sepanjang zaman hingga hari
kiamat.[2]
Maka umat ini diberi keistimewaan dengan Mukjizat ‘Aqliyyah (ilmiah)
yang kekal, agar orang-orang yang berakal itu dapat melihatnya, sebagaimana
disabdakan oleh Rasulullah SAW,:
“Tidak ada seorang nabipun dari para nabi kecuali dari apa-apa yang
ideal yang manusia itu beriman padanya, dan sesungguhnya aku telah diberi waktu
yang telah diwahyukanoleh Allah kepadaku maka aku berharap yang paling banyak
pengikutnya diantara mereka”. (HR.
Bukhari)
Ø
I’jaz
secara bahasa
I’jaz
secara bahasa berti “keluputan”. Dikatakan: “a’jazani al-amru”, artinya:
“Perkara itu luput dariku”.
Juga
berarti “membuat tidak mampu”. Seperti dalam contoh A’jza akhahu (Dia
telah membuat saudara tak mampu) manakala dia telah menetapkan ketidak mampuan
saudaranya itu dalam suatu hal, atau brarti juga “Dia telah menjadikan
saudaranya itu tidak mampu”.[3]
Juga
berarti “terwujudnya ketidakmampuan”. Seperti dalam contoh: A’jaztu Zaidan
(aku mendapati Zaid tidak mampu).
Ø I’jaz secara Istilah
Pengertian
I’jaz menurut istilah:
a.
Sesuatu
yang membuat manusia tidak mampu, baik secara sendiri-sendiri ataupun
bersama-sama, untuk mendatangkan yang seperti itu.[4]
b.
Perbuatan
seorang pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi Ilahiah dengan cara yang
melanggar ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya
dan beraksi akan kebenaran klaimnya.
Dengan
membandingkan kedua pengertian secara istilah ini, kita temukan keistimewaan pengertian
yang kedua dari yang pertama sebagai berikut:
1.
Ia
mencakup kemungkinan terjadinya mu’jizat ditangan manusia, sementara pengertian
yang pertama menyatakan secara umum ketidak mampuan seluruh manusia. Apabila
demikian halnya, maka siapakah yang memilki mu’jizat? maka jelas bahwa yang
dimaksud adalah ketidakmampuan manusia sebagai manusia untuk mendatangkan yang
semisal. (Mukjizat).
2.
Pengertian
yang kedua menjelaskan bahwa mukjizat adalah apa yang didatangkan oleh si
pengklaim fungsi Ilahiah, yang tanpanya hal itu tidak bisa disebut mu’jizat.
Jadi, barang siapa yang mengungkapkan atau menemukan sesuatu yang tidak bisa
dilakukan orang lain karena kebodohan mereka yang bersifat sementara, maka itu
bukanlah mu’jizat.
3.
Mu’jizat
menurut pengertian yang kedua: ketidakmampuan menunjukkan benarnya klaim
perutusan Ilahi tersebut menjadi kuat setelah tetapnya klaim I’jaz. Bisa
dikatakan bahwa mu’jizat adalah:
Apa yang dibawa oleh seorang manusia yang memperoleh penguatan dari
Allah dan yang tak mampu didatangkan oleh orang lain;ia tidak bersifat mustahil
secara rasional; ia melanggar hukum-hukum alam, guna menguatkan perutusan Ilahi
yang didakwakannya.[5]
Jadi, unsur-unsur pokok mukjizat berdasarkan definisi ini adalah:
a.
Ketidakmampuan
orang-orang lain untuk mendatangkannya.
b.
Ia
melanggar hukum-hukum alam.
c.
Ia
bukan mustahil secara akal.
d.
Ia
berlaku dalam mendukung klaim perutusan Ilahi.
2.2 Macam-macam I’jaz al-quran
1.
Kemukjizatan
bahasa
Para
ahli bahasa telah menekuni ilmu bahasa
dengan segala variasinya sejak bahasa itu tumbuh. Mereka menggubah puisi dan prosa, kata-kata
bijak dan masal yang tunduk pada aturan
bayan dan diekspresikan dalam uslub-uslubnya yang memukau, dalam gaya hakiki
dan majazi (metafora), itnab dan I’jaz, serta tutur dan ucapannya. Meskipun
bahasa itu telah meningkat dan tinggi tetapi di hadapan Qur’an, dengan
kemu’jizatan bahasanya, ia menjadi pecahan-pecahan kecil yang tunduk
menghormati dan takut terhadap uslub Qur’an.[6]
Semakin kita mengenali dan mengetahui rahasia-rahasianya, akan semakin tunduk
pula pada kebesarannya dan semakin yakin akan kemu’jizatan al-qur’an.
Sejarah
mencatat, kelemahan bahasa itu terjadi justru pada masa kejayaan dan kemajuan
ketika Qur’an diturunkan. Saat itu bahasa Arab telah mencapai puncaknya dan
memiliki unsure-unsur kesempurnaan dan kehalusan di lembaga-lembaga dan pasar
bahasa.
Ketidakmampuan
orang arab menandingi Al-quran itu
sebenarnya tidak keluar dari aturan-aturan kalam mereka, baik lafadz dan
hurufnya maupun susunan dan uslubnya. Akan tetapi Qur’an jalinan huruf-hurufnya
serasi, ungkapannya indah, uslubnya manis, ayat-ayatnya teratur, serta
memperhatikan situasi dan kondisi dalam berbagai macam bayannya, baik dalam
jumlah ismiah maupun fi’liahnya, nafi’ dan isbatnya, tankir dan ta’rif, zikr dan
hazf, taqdim dam ta’khir, umum da khusus, mutlak dan muqayyad dan lain
sebagainya.[7]
Dalam hal-hal tersebut dan yang serupa, al-qur’an telah mencapai puncak
tertinggi yang tidak sanggup kemampuan bahasa manusia untuk menghadapinya.
2.
Kemu’jizatan
ilmiah
Banyak orang
terjebak dalam kesalahan ketika mereka menginginkan agar al-qur’an mengandung
segala teori ilmiah. Sedangkan Al-qur’an adalah kitab aqidah dan hidayah. Ia
menyeru hati nurani untuk menghidupkan didalamnya faktor-faktor perkembangan
dan kemajuan serta dorongan kebaikan dan
keutamaan. Kemukjizatan ilmiah Qur’an bukanlah terletak pada pencakupannya akan
teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah serta merupakan hasil usaha
manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia terletak pada dorongannya
untuk berpikir dan menggunakan akal. Al-qur’an mendorong manusia agar
memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak menghalangi dari penambahan ilmu
pengetahuan yang dapat dicapainya.[8]
Dan tidak ada satu pun dari kitab-kitab terdahulu yang memberikan jaminan
demikian seperti yang diberikan oleh Qur’an.
Al-qur’an juga
mengangkat kedudukan orang Muslim karena ilmu dan tidak menyamakan antara orang
berilmu dengan orang jahil.
“Allah
meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang ysng di
beri ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (Al-Mujadalah [58]:11)
Demikianlah,
kemukjizatan al-qur’an secara ilmiah terletak pada dorongannya kepada umat
islam untuk berpikir di samping membukakan bagi mereka pintu-pintu pengetahuan
dan mengajak merekaa memasukinya, maju di dalamnya dan menerima segala ilmu
pengetahuan baru yang mantap. Di samping hal-hal di atas di dalam al-qur’an
terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkan dalam konteks hidayah.
Misalnya tentang perkawinan tumbuhan ada yang dzati dan ada yang khalti.
“Dan
kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)….”
(al-Hijr [15]:22)
3.
Kemukjizatan
Tasyri’
Allah meletakkan
dalam diri manusia banyak gharizah (naluri, instinct) yang bekerja di dalam
jiwa dan mempengaruhi kecenderungan-kecenderungan hidupnya. Jika akal sehat
dapat menjaga pemiliknya dari ketergelinciran, maka arus kejiwaan yang
menyimpang akan mengalahkan kekuasaan akal.
Umat manusia
telah mengenal berbagai macam doktrin, pandangan, sistem, dan tasyri’
(perundang-undangan) yang bertujuan tercapainya kebahagiaan individu didalam
masyarakat yang utama. Namun tidak ada satu pun yang mencapai keindahan dan
kebesaran seperti yang dicapai al-qur’an dalam kemukjizatan tasyri’nya. Karena
individu adalah merupakan bata-bata masyarakat, disini al-qur’an memulai dengan
pendidikan individu dan menegakkannya diatas penyucian jiwa dan rasa pemikulan
tanggung jawab. Al-qur’an menyucikan jiwa dengan aqidah tauhid yang
menyelamatkan dari khurafat dan waham, dan memecahkan belenggu perbudakan hawa
nafsu dan syahwat agar menjadi hamba yang ikhlas yang hanya tunduk pada Allah. Al-qur’an
juga menanamkan rasa tinggi hati kepada selain Dia.[9]
Ringkasnya al-qur’an merupakan Dustur Tasyri’ paripurna yang menegakkan
kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling utama. Dan kemukjizatan
Tasyi’nya ini bersama dengan kemukjizatan ilmiah dan kemukjizatan bahasanya
akan senantiasa eksis untuk selamanya. Dan tidak seorang pun dapat mengingkari
bahwa Al-qur’an telah memberikan pengaruh besar yang dapat mengubah wajah
sejarah dunia.
2.3 Aspek-aspek
Kemukjizatan Qur’an[10]
Kelahiran
ilmu kalam di dalam islam mempunyai implikasi yang lebih tepat untuk dikatakan
sebagai kalam didalam kalam. Percikan pemikiran yang ada di dalamnya
menarik pengikutnya ke dalam kerancuan
pembicaraan yang bertumpang tidih, sebagiannya berada di atas sebagian
yang lain. Tragedi tokoh-tokoh ilmu kalam ini mulai tampak ketika membicarakan kemakhlukan
Al-quran. Maka pendapat dan pandangan mereka tentang kemu’jizatan Al-quran pun berbeda-beda dan beragam.
1). Abu Ishaq Ibrahim an-Nizam[11]
dan pengikutnya dari kaum Syi’ah seperti al-Murtada berpendapat, Kemukjizatan
Qur’an adalah dengan cara sirfah (Pemalingan).
2). Satu golongan ulama berpendapat,
Qur’an itu mukjizat dengan balagah-nya yang mencapai tingkat tinggi dan
tidak ada bandingannya. Ini adalah pendapat ahli bahasa arab yang gemar akan
bentuk-bentuk makna yang hidup dalam untaian kata-kata yang terjalin kokoh dan
retorika yang menarik.
3). Sebagian mereka berpendapat, segi
kemukjizatan Qur’an itu ialah karena ia mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang
telah di kenal dalam perkataan orang arab, seperti fasilah dan maqta’.
4). Golongan lain berpendapat,
kemukjizatan Qur’an itu terletak pada pemberitaannya tentang hal-hal ghoib yang
akan datang yang tak dapat diketahui kecuali dengan wahyu, dan pada
pemberitaannya tentang hal-hal yang sudah
terjadi sejak masa penciptaan makhluk, yang tidak mungkin dapat diterangkan
oleh seorang ummi yang tidak pernah berhubungan dehan ahli kitab.
Misalnya fiman Allah tentang penduduk Badar : “Golongan itu pasti akan
dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.”(al-Qamar [54]:45)
5). Satu golongan berpendapat, qur’an itu
mukjizat karena ia mengandung bermacam-macam ilmu dan hikmah yang sangat dalam.
2.4 Contoh
I’jaz
Al-Qur’an
Al-Karim telah menantang manusia dan jin untuk mendatangkan yang semisal dengannya. Seperti
contoh:
· (#qè?ù'uù=sù ;]Ïpt¿2 ÿ¾Ï&Î#÷WÏiB bÎ) (#qçR%x. úüÏ%Ï»|¹ ÇÌÍÈ
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat
yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.”(QS.Ath-thur:34)
· ÷Pr& cqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù Îô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tutIøÿãB (#qãã÷$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrß «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ
“Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad
Telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka
datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan
panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu
memang orang-orang yang benar.” (QS.Hud:13).
· ÷Pr& tbqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrß «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÑÈ
“Atau (patutkah) mereka mengatakan
"Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu
katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah
siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu
orang yang benar.” (QS.Yunus:38).
· bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷u $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrß «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar