Kamis, 31 Mei 2012

I'JAZ AL-QUR'AN


I’JAZ AL-QUR’AN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam yang luas dan dipenuhi makhluk-makhluk Allah ini; gunung-gunungnya yang menjulang tinggi, samudranya yang melimpah, dan daratannya yang terhampar luas menjadi kecil dihadapan makhluk yang lemah, yaitu manusia. Itu semua disebabkan Allah telah menganugerahkan kepada makhluk manusia ini berbagai keistimewaan dan kelebihan serta memberinya kekuatan berfikir cemerlang yang dapat menembus segala medan untuk menundukkan unsur-unsur kekuatan alam tersebut dan menjadikannya sebagai pelayan bagi kepentingan kemanusiaan.
Allah sama sekali tidak akan melantarkan manusia, tanpa memberikan kepadanya sebersit wahyu dari waktu ke waktu, yang membimbingnya kejalan petunjuk sehingga mereka dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan ini atas dasar keterangan dan pengetahuan namun watak manusia yang sombong dan angkuh terkadang menolak untuk tunduk kepada manusia lain yang serupa dengan nya selama manusia lain itu tidak membawa kepadanya sesuatu yang tidak disanggupinya hingga ia mengakui,tunduk dan percaya akan kemampuan manusia lain itu yang tinggi dan berada diatas kemampuannya sendiri.
Namun mengingat akal manusia pada awal fase awal perkembangannya tidak melihat sesuatu yang lebih dapat menarik hati selain mukjizat-mukjizat alamiah yang hissi (Indrawi) karena akal mereka belum mencapai puncak ketinggian dalam bidang pengetahuan dan pemikiran, maka yang paling relevan ialah jika setiap Rasul itu hanya di utus kepada kaum nya secara khusus dan mukjizatnya pun hanya berupa Sesuatu hal luar biasa yang sejenis dengan pa yang mereka kenal selama itu.
Demikianlah Allah telah menentukan kebadian mukjizat Islam sehingga kemampuan manusia menjadi tak berdaya menandinginya, padahal waktu yang tersedia cukup panjang dan ilmu pengetahuanpun telah maju pesat.
Pembicaraan tentang kemukjizatan Qur’an juga merupakan satu macam mukjizat tersendiri, yang di dalamnya para penyelidik tidak bisa mencapai rahasia satu sisi dari padanya sampai ia mendapatkan dibalik sisi itu,sisi-sisi lain yang akan disingkapkan rahasia kemukjizatan oleh zaman. Demikian persis sebagai mana dikatakan oleh Ar-Rafi’I : “Betapa serupa (bentuk pembicaraan ) Qur’an, dalam susunan kemukjizatannya dan kemukjizatan susunannya dengan sistem alam, yang di kerumuni oleh para ulama’ dari segala arah serta diliputi dari segala sisinya.Segala sisi itu mereka jadikan obyek kajian dan penyelidikan , namun bagi mareka ia senantiasa tetap menjadi makhluk baru dan tempat tujuan yang jauh.” [1] 
1.2 Rumusan Masalah
1.     Apakah pengertian kemukjizatan Al-qur’an? 
2.     Apa saja macam-macam kemukjizatan Al-qur’an?
3.     Apa saja aspek-aspek kemukjizatan Al-qur’an?
4.     Sebutkan contoh kemukjizatan Al-qur’an?

1.3 Tujuan Pembahasan
1.     Untuk mengetahui kemukjizatan Al-qur’an
2.     Untuk mengetahui macam-macam kemukjizatan Al-qur’an
3.     Untuk mengetahui aspek-aspek kemukjizatan Al-qur’an
4.     Untuk mengetahui contoh kemukjizatan Al-qur’an





BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian I’jaz
Ketahuilah bahwa, “Mukjizat” adalah sesuatu yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan tahaddi  (menentang) dan tidak ada yang menandingi. Mukjizat terbagi menjadi dua; Mukjizat hissyiyah (fisik) dan ada mukjizat aqliyah (akal atau ilmu), dan kebanyakan dari mukjizat Bani Israil itu hissiyyah (fisik), disebabkan kebodohan mereka dan minimnya kesadaran mereka. Kebanyakan mukjizat umat ini adalah ‘Aqliyyah, disebabkan kecerdasan mereka dan kesempurnaan kepahaman mereka, serta karena syari’at ini (telah dikehendaki oleh Allah) menjadi syari’at yang kekal sepanjang zaman hingga hari kiamat.[2] Maka umat ini diberi keistimewaan dengan Mukjizat ‘Aqliyyah (ilmiah) yang kekal, agar orang-orang yang berakal itu dapat melihatnya, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW,:
“Tidak ada seorang nabipun dari para nabi kecuali dari apa-apa yang ideal yang manusia itu beriman padanya, dan sesungguhnya aku telah diberi waktu yang telah diwahyukanoleh Allah kepadaku maka aku berharap yang paling banyak pengikutnya diantara mereka”. (HR. Bukhari)
Ø  I’jaz secara bahasa
I’jaz secara bahasa berti “keluputan”. Dikatakan: “a’jazani al-amru”, artinya: “Perkara itu luput dariku”.
Juga berarti “membuat tidak mampu”. Seperti dalam contoh A’jza akhahu (Dia telah membuat saudara tak mampu) manakala dia telah menetapkan ketidak mampuan saudaranya itu dalam suatu hal, atau brarti juga “Dia telah menjadikan saudaranya itu tidak mampu”.[3]
Juga berarti “terwujudnya ketidakmampuan”. Seperti dalam contoh: A’jaztu Zaidan (aku mendapati Zaid tidak mampu).
Ø  I’jaz secara Istilah
Pengertian I’jaz menurut istilah:
a.      Sesuatu yang membuat manusia tidak mampu, baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama, untuk mendatangkan yang seperti itu.[4]
b.     Perbuatan seorang pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi Ilahiah dengan cara yang melanggar ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya dan beraksi akan kebenaran klaimnya.
Dengan membandingkan kedua pengertian secara istilah ini, kita temukan keistimewaan pengertian yang kedua dari yang pertama sebagai berikut:
1.     Ia mencakup kemungkinan terjadinya mu’jizat ditangan manusia, sementara pengertian yang pertama menyatakan secara umum ketidak mampuan seluruh manusia. Apabila demikian halnya, maka siapakah yang memilki mu’jizat? maka jelas bahwa yang dimaksud adalah ketidakmampuan manusia sebagai manusia untuk mendatangkan yang semisal. (Mukjizat).  
2.     Pengertian yang kedua menjelaskan bahwa mukjizat adalah apa yang didatangkan oleh si pengklaim fungsi Ilahiah, yang tanpanya hal itu tidak bisa disebut mu’jizat. Jadi, barang siapa yang mengungkapkan atau menemukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain karena kebodohan mereka yang bersifat sementara, maka itu bukanlah mu’jizat.
3.     Mu’jizat menurut pengertian yang kedua: ketidakmampuan menunjukkan benarnya klaim perutusan Ilahi tersebut menjadi kuat setelah tetapnya klaim I’jaz. Bisa dikatakan bahwa mu’jizat adalah:
Apa yang dibawa oleh seorang manusia yang memperoleh penguatan dari Allah dan yang tak mampu didatangkan oleh orang lain;ia tidak bersifat mustahil secara rasional; ia melanggar hukum-hukum alam, guna menguatkan perutusan Ilahi yang didakwakannya.[5] Jadi, unsur-unsur pokok mukjizat berdasarkan definisi ini adalah:
a.      Ketidakmampuan orang-orang lain untuk mendatangkannya.
b.     Ia melanggar hukum-hukum alam.
c.      Ia bukan mustahil secara akal.
d.     Ia berlaku dalam mendukung klaim perutusan Ilahi.
 2.2 Macam-macam I’jaz al-quran
1.     Kemukjizatan bahasa
Para ahli  bahasa telah menekuni ilmu bahasa dengan segala variasinya sejak bahasa itu tumbuh.  Mereka menggubah puisi dan prosa, kata-kata bijak dan masal yang tunduk pada  aturan bayan dan diekspresikan dalam uslub-uslubnya yang memukau, dalam gaya hakiki dan majazi (metafora), itnab dan I’jaz, serta tutur dan ucapannya. Meskipun bahasa itu telah meningkat dan tinggi tetapi di hadapan Qur’an, dengan kemu’jizatan bahasanya, ia menjadi pecahan-pecahan kecil yang tunduk menghormati dan takut terhadap uslub Qur’an.[6] Semakin kita mengenali dan mengetahui rahasia-rahasianya, akan semakin tunduk pula pada kebesarannya dan semakin yakin akan kemu’jizatan al-qur’an.
Sejarah mencatat, kelemahan bahasa itu terjadi justru pada masa kejayaan dan kemajuan ketika Qur’an diturunkan. Saat itu bahasa Arab telah mencapai puncaknya dan memiliki unsure-unsur kesempurnaan dan kehalusan di lembaga-lembaga dan pasar bahasa.
Ketidakmampuan orang arab  menandingi Al-quran itu sebenarnya tidak keluar dari aturan-aturan kalam mereka, baik lafadz dan hurufnya maupun susunan dan uslubnya. Akan tetapi Qur’an jalinan huruf-hurufnya serasi, ungkapannya indah, uslubnya manis, ayat-ayatnya teratur, serta memperhatikan situasi dan kondisi dalam berbagai macam bayannya, baik dalam jumlah ismiah maupun fi’liahnya, nafi’ dan isbatnya, tankir dan ta’rif, zikr dan hazf, taqdim dam ta’khir, umum da khusus, mutlak dan muqayyad dan lain sebagainya.[7] Dalam hal-hal tersebut dan yang serupa, al-qur’an telah mencapai puncak tertinggi yang tidak sanggup kemampuan bahasa manusia untuk menghadapinya.
2.     Kemu’jizatan ilmiah
Banyak orang terjebak dalam kesalahan ketika mereka menginginkan agar al-qur’an mengandung segala teori ilmiah. Sedangkan Al-qur’an adalah kitab aqidah dan hidayah. Ia menyeru hati nurani untuk menghidupkan didalamnya faktor-faktor perkembangan dan kemajuan serta dorongan  kebaikan dan keutamaan. Kemukjizatan ilmiah Qur’an bukanlah terletak pada pencakupannya akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia terletak pada dorongannya untuk berpikir dan menggunakan akal. Al-qur’an mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak menghalangi dari penambahan ilmu pengetahuan yang  dapat dicapainya.[8] Dan tidak ada satu pun dari kitab-kitab terdahulu yang memberikan jaminan demikian seperti yang diberikan oleh Qur’an.
Al-qur’an juga mengangkat kedudukan orang Muslim karena ilmu dan tidak menyamakan antara orang berilmu dengan orang jahil.
“Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang ysng di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (Al-Mujadalah [58]:11)
Demikianlah, kemukjizatan al-qur’an secara ilmiah terletak pada dorongannya kepada umat islam untuk berpikir di samping membukakan bagi mereka pintu-pintu pengetahuan dan mengajak merekaa memasukinya, maju di dalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan baru yang mantap. Di samping hal-hal di atas di dalam al-qur’an terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang diungkapkan dalam konteks hidayah. Misalnya tentang perkawinan tumbuhan ada yang dzati dan ada yang khalti.
“Dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)….” (al-Hijr [15]:22)
3.     Kemukjizatan Tasyri’
Allah meletakkan dalam diri manusia banyak gharizah (naluri, instinct) yang bekerja di dalam jiwa dan mempengaruhi kecenderungan-kecenderungan hidupnya. Jika akal sehat dapat menjaga pemiliknya dari ketergelinciran, maka arus kejiwaan yang menyimpang akan mengalahkan kekuasaan akal.
Umat manusia telah mengenal berbagai macam doktrin, pandangan, sistem, dan tasyri’ (perundang-undangan) yang bertujuan tercapainya kebahagiaan individu didalam masyarakat yang utama. Namun tidak ada satu pun yang mencapai keindahan dan kebesaran seperti yang dicapai al-qur’an dalam kemukjizatan tasyri’nya. Karena individu adalah merupakan bata-bata masyarakat, disini al-qur’an memulai dengan pendidikan individu dan menegakkannya diatas penyucian jiwa dan rasa pemikulan tanggung jawab. Al-qur’an menyucikan jiwa dengan aqidah tauhid yang menyelamatkan dari khurafat dan waham, dan memecahkan belenggu perbudakan hawa nafsu dan syahwat agar menjadi hamba yang ikhlas yang hanya tunduk pada Allah. Al-qur’an juga menanamkan rasa tinggi hati kepada selain Dia.[9]
Ringkasnya al-qur’an merupakan Dustur Tasyri’ paripurna yang menegakkan kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling utama. Dan kemukjizatan Tasyi’nya ini bersama dengan kemukjizatan ilmiah dan kemukjizatan bahasanya akan senantiasa eksis untuk selamanya. Dan tidak seorang pun dapat mengingkari bahwa Al-qur’an telah memberikan pengaruh besar yang dapat mengubah wajah sejarah dunia.
2.3 Aspek-aspek Kemukjizatan Qur’an[10]
Kelahiran ilmu kalam di dalam islam mempunyai implikasi yang lebih tepat untuk dikatakan sebagai kalam didalam kalam. Percikan pemikiran yang ada di dalamnya menarik pengikutnya ke dalam kerancuan  pembicaraan yang bertumpang tidih, sebagiannya berada di atas sebagian yang lain. Tragedi tokoh-tokoh ilmu kalam ini mulai tampak ketika membicarakan kemakhlukan Al-quran. Maka pendapat dan pandangan mereka tentang kemu’jizatan  Al-quran pun berbeda-beda dan beragam.
      1). Abu Ishaq Ibrahim an-Nizam[11] dan pengikutnya dari kaum Syi’ah seperti al-Murtada berpendapat, Kemukjizatan Qur’an adalah dengan cara sirfah  (Pemalingan).
      2). Satu golongan ulama berpendapat, Qur’an itu mukjizat dengan balagah-nya yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya. Ini adalah pendapat ahli bahasa arab yang gemar akan bentuk-bentuk makna yang hidup dalam untaian kata-kata yang terjalin kokoh dan retorika yang menarik.
     3). Sebagian mereka berpendapat, segi kemukjizatan Qur’an itu ialah karena ia mengandung badi’  yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang telah di kenal dalam perkataan orang arab, seperti fasilah dan maqta’.
     4). Golongan lain berpendapat, kemukjizatan Qur’an itu terletak pada pemberitaannya tentang hal-hal ghoib yang akan datang yang tak dapat diketahui kecuali dengan wahyu, dan pada pemberitaannya  tentang hal-hal yang sudah terjadi sejak masa penciptaan makhluk, yang tidak mungkin dapat diterangkan oleh seorang ummi yang tidak pernah berhubungan dehan ahli kitab. Misalnya fiman Allah tentang penduduk Badar : “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.”(al-Qamar [54]:45)
     5). Satu golongan berpendapat, qur’an itu mukjizat karena ia mengandung bermacam-macam ilmu dan hikmah yang sangat dalam.
2.4 Contoh I’jaz
Al-Qur’an Al-Karim telah menantang manusia dan jin untuk  mendatangkan yang semisal dengannya. Seperti contoh:  
·       (#qè?ù'uù=sù ;]ƒÏpt¿2 ÿ¾Ï&Î#÷WÏiB bÎ) (#qçR%x. šúüÏ%Ï»|¹ ÇÌÍÈ
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.”(QS.Ath-thur:34)
·       ÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ
“Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad Telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.”  (QS.Hud:13).
·       ÷Pr& tbqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÑÈ
“Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.” (QS.Yunus:38).
·       bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷ƒu $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrߊ «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ

Tidak ada komentar: